Alamat

Office : Jl Susukan Raya No. 15A Desa Susukan Bojonggede - Bogor Tlp : 021 87982805 BBM : 552C988E Contact Person Bayu Syahrezza : +628991551947

Jumat, 05 Februari 2016

Menikah Tingkatkan Kesehatan Mental Pria

KOMPAS.com - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology menemukan, bahwa pernikahan mampu meningkatkan kesehatan mental pria. Menurut para peneliti di Ohio State University, sebagian besar pria mendapatkan dorongan untuk lebih sehat secara mental ketika mereka memiliki pasangan.

Peneliti menggunakan data yang dikumpulkan untuk studi National Longitudinal Survey of Youth 1997 dengan responden pria Amerika yang lahir antara tahun 1980 dan 1984.

Mereka menganalisa bagaimana hidup bersama dengan pasangan pasca pernikahan berdampak pada kesehatan emosional para pria.

Hasilnya, tekanan emosional pria berkurang jauh ketika mereka memutuskan untuk menikahi pasangannya, sementara bagi pria yang hanya hidup bersama dengan pasangan tanpa pernikahan, tidak mengalami penurunan tekanan emosional.

"Pria yang mempertahankan hubungan tanpa pernikahan, tanpa sadar terus-menerus menguji hubungan tersebut. Sehingga akan sangat mungkin menimbulkan prasangka negatif terhadap pasangan, agresi fisik yang lebih besar, hingga terjadinya penurunan komitmen. Sedang pria yang memutuskan untuk menikah tidak melihat hubungan tersebut sebagai sebuah tes, melainkan penuh kepercayaan. Sehingga lebih mampu menikmati manfaatnya dan berinvestasi lebih banyak dalam pernikahan,” papar penulis studi.

Namun sebelum Anda memutuskan untuk mengirimkan foto cincin pertunangan pada pasangan, temuan ini masih memiliki keterbatasan. Pasalnya peneliti tidak meneliti lebih dalam tentang kualitas hubungan pasca pernikahan.

Dengan kata lain, kesehatan mental pria dinilai akan membaik bila pria dan istrinya memiliki hubungan yang solid. Bila yang terjadi sebaliknya, bukan tidak mungkin pria akan mengalami tekanan emosional yang tinggi.

Penulis : Ayunda Pininta
Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : Womens Health

Ini Alasan Mengapa Pria Juga Butuh Meditasi

KOMPAS.com - Masih beranggapan kalau yoga dan meditasi adalah dunia wanita, mungkin inilah saatnya untuk mengubah mindset bahwa pria juga membutuhkan meditasi.

Bila pada wanita meditasi lebih pada pencapaian ketenangan dan meredakan stres, bagi pria, efek meditasi lebih pada melatih pikiran.

Sehingga pikiran dan intelektual akan lebih segar dan tajam, baik dalam pekerjaan, kemampuan komunikasi, atau sekadar melakukan tugas-tugas sehari-hari. Berikut manfaat utama yang bisa pria rasakan dengan meditasi rutin:



Meditasi meningkatkan produktivitas

Kesalahpahaman umum para pria adalah menganggap bahwa ketika bermeditasi, Anda hanya duduk-duduk dan tak berpikir tentang apapun. Sehingga dianggap tak ada kaitan dengan produktivitas.

Kenyataannya, saat meditasi Anda tidak diminta mengosongkan pikiran, melainkan memberikan izin kepada pikiran Anda untuk fokus pada sebuah pengalaman. Sehingga ini memungkinkan Anda terhindar dari melalukan pekerjaan secara “brutal”.

Anda akan mulai “dibimbing” untuk memiliki jiwa yang fokus, penuh perencanaan, dan berpikir kritis untuk mengerjakan sesuatu secara efisien. Tentunya, ini bisa menjadi solusi bagi Anda para pria yang merasa perlu mengembalikan produktivitas pada tempatnya.



Meditasi menambah kemampuan atletis

Ingin menguasai gerakan atau alat olahraga tertentu? Keinginan ini bisa Anda capai dengan lebih cepat dengan bantuan meditasi.

Meditasi membantu Anda memperhatikan detail, mengembangkan kesadaran yang lebih tajam untuk merasakan sensasi dalam tubuh dan merasakan bagaimana Anda bergerak.

Kesadaran itulah yang menjadi kunci kunci untuk pencegahan cedera dan memungkinkan Anda untuk berolahraga lebih sering dalam intensitas yang lebih tinggi untuk pencapaian kemampuan atletis yang lebih baik.



Meditasi membantu Anda membentuk otot

Jika tujuan Anda adalah untuk membakar lemak dan mendapatkan otot yang lebih kekar, terobsesi pada diet dan timbangan bisa membuat Anda dekat dengan frustasi. Pasalnya, penurunan berat badan dan pembentukan otot adalah permainan mental.

Meditasi akan membuat Anda sadar apa yang Anda makan dan apa yang Anda lakukan. Meditasi akan mengubah sebuah “paksaan” untuk makan sehat atau berolahraga menjadi penuh kesadaran dan kasih.

Sehingga Anda akan menemukan titik di mana makan sehat dan olahraga adalah sebuah kebutuhan bukan keharusan. Hasil akhirnya, Anda akan menemukan berat dan bentuk tubuh ideal lebih mudah.



Penulis : Ayunda Pininta
Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : USnews

3 Cara Bangkitkan Pikiran Positif

KOMPAS.com - Sebuah penelitian di Inggris yang baru-baru ini dilakukan oleh Weight Watchers menemukan, dari 2000 wanita yang diteliti, satu dari tujuh di antaranya ditemukan terlalu sering mengkritik diri mereka sendiri sepanjang hari. Sehingga, membuat wanita merasa down sekitar delapan kali per hari karena tak puas dengan dirinya.

Bahkan yang lebih mengkhawatirkan menurut peneliti, setengah dari pikiran-pikiran negatif muncul di kepala wanita sebelum jam 10 pagi. Entah mengomentari bentuk tubuh, wajah, atau membandingkan dirinya dengan wanita lain yang terlihat lebih cantik. Dan sebagian wanita melakukannya tanpa sadar karena sudah menjadi kebiasaan.

Padahal, pikiran-pikiran negatif tersebut tidak hanya merugikan harga diri, tetapi juga dapat memiliki dampak buruk pada kesehatan fisik.

“Pikiran negatif mungkin hanya tampak seperti masalah emosional, tetapi sebenarnya dapat memiliki konsekuensi fisik yang sangat nyata. Pikiran negatif dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon, menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses penuaan,” ungkap peneliti psikologi Barbara Fredrickson dari University of North Carolina

Barbara menemukan hubungan yang mengejutkan, antara berpikir positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari dan menemukan nilai baik dalam hidup. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan, bila Anda menyadari sedang mengkritik diri terlalu sering.



Praktik mindfulness

Ketika muncul pemikiran negatif di kepala Anda tentang bagaimana perasaan Anda saat bercermin di pagi hari, cobalah lebih terbuka dan mendalam pada diri sendiri.

Apakah pikiran itu benar? Apakah Anda terlalu keras pada diri sendiri? Lalu carilah hal-hal positif dalam diri dan biarkan pikiran tersebut menghapus pikiran negatif.



Meditasi singkat

Salah satu cara terbaik untuk membersihkan pikiran dan membawa beberapa ruang positif dalam hidup adalah melalui meditasi. Selama 10 menit di pagi hari atau malam hari, duduk di tempat yang nyaman dan fokus pada pernapasan Anda. Ini akan membuat pikiran lebih tenang dan membuat pikiran negatif pergi.



Menulis jurnal

Luangkan waktu setiap hari untuk menuliskan apa yang Anda pikirkan dan rasakan. Mulailah dengan menulis "Saya merasa ..." dan daftar dari segala sesuatu yang Anda rasakan. Bahkan jika Anda merasa tak ada ide untuk menulis, tulis tentang apa saja.

Setelah Anda selesai, lakukan kegiatan lain, dan bacalah ulang. Apakah itu terlalu negatif? Bila iya, Lakukan hal-hal yang bisa membuat pikiran Anda lebih positif, seperti mandi air hangat, mendengarkan musik yang menenangkan, atau apapun kegiatan kecil yang Anda suka.

Penulis : Ayunda Pininta
Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : www.health.com

Beramal dan Bersyukur Efektif Redakan Depresi

KOMPAS.com - Hidup yang dipenuhi dengan kesibukan dan tuntutan, rentan membuat seseorang depresi, terlebih bila masalah yang dihadapi tak kunjung reda dan semakin menumpuk.

Sayangnya, menurut para peneliti dari Indiana University yang dipimpin oleh Prathik Kini, sebagian besar orang memutuskan untuk meredakan stres dengan cara yang akhirnya menimbulkan masalah baru.

Misalnya, dengan cara berbelanja yang akhirnya membuat keuangan sedikit berantakan, atau makan enak yang nantinya malah menimbulkan masalah berat badan. Padahal, ada cara lain yang bisa Anda lakukan di mana pun dan kapanpun.

Dalam studi tersebut, peneliti merekrut 43 orang yang merasa depresi dan meminta mereka melakukan sesi konseling sebagai pengobatan untuk kegelisahan atau depresi.

Dua puluh dua dari responden diminta untuk melakukan kegiatan “Pay It Forward”, yaitu menerima sejumlah uang, lalu menuliskan rasa syukur pada selembar kertas, lalu memberikan sebagian uang tersebut kepada orang lain yang membutuhkan.

Sedang peserta lain, tidak diharuskan melakukan hal yang sama, mereka diminta menggunakan uang tersebut untuk kesenangan lain.

Tiga bulan setelah konseling usai, peneliti melakukan scanner otak pada masing-masing peserta. Para peneliti menemukan, semakin semakin kuat perasaan syukur yang dirasakan dan semakin banyak uang yang diberikan untuk beramal, maka akan semakin tinggi aktivitas otak di daerah frontal, parietal, dan oksipital.

 Hal tersebut berhasil menciptakan efek syaraf yang menimbulkan rasa emosional yang unik bila dilakukan secara rutin, yaitu perasaan bahagia, merasa cukup, bahkan meningkatkan empati pada orang lain.

Dengan kata lain, semakin sering Anda bersyukur dan beramal, maka bagian dari otak seakan memiliki kemampuan baru, yaitu “otot syukur”, yang dapat diperkuat bila Anda sering bersyukur.

Menariknya, semakin kuat otot tersebut, akan banyak pula perasaan-perasaan bahagia yang muncul secara spontan di masa depan.

“Semua dimulai dengan rasa syukur. Semakin banyak bersyukur, semakin besar kemungkinan kita untuk bertindak pro-sosial terhadap orang lain, sehingga memberikan kita kesempatan untuk lebih banyak beramal. Beramal akan membuat sang penerima amal tersebut merasa bersyukur dan akhirnya perasaan positif tersebut menyebar. Ini baik untuk membentuk generasi-generasi yang berbudi baik di kemudian hari,” ungkap peneliti.

Jadi, sudahkan Anda bersyukur hari ini?

Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : Scienceofus

Berani Mengikis Fobia

Nyaris pingsan melihat donat. Sakit perut ketika cuaca berubah mendung. Sepertinya konyol, namun fobia adalah persoalan serius. Butuh bantuan ahli untuk mengatasinya.

 Wajah Wijatmoko (42) memerah, tangannya gemetar, keringat dingin mulai mengucur ketika melihat ada kardus bertuliskan merek donat di atas meja rapat yang sedang dikerubungi rekan-rekan kerjanya. Ia langsung ngibrit meninggalkan ruang kantor.

Koko, demikian ia biasa dipanggil, sangat takut pada donat. Perasaan takut dan jijik langsung meluap setiap kali melihat kue dengan lubang di tengah itu. Siksaan ini sudah dirasakannya sejak remaja.

”Yang saya ingat, rasa takut dan jijik seperti itu muncul ketika saya kelas I SMP. Nenek saya setiap hari berjualan kue, dan suatu hari di dalam tampahnya ada donat. Buat saya, bentuk kue itu menjijikkan sekali, seperti tinja. Dan ketika saya melihat orang memakannya, saya ingin muntah. Kok kotoran dimakan...,” kenang Koko.

Koko mengakui, ia sebisa mungkin menyimpan persoalannya itu untuk dirinya saja, karena begitu teman-temannya tahu kelemahannya, ia kerap dipermainkan.

”Saya pernah ditakut-takuti teman dengan donat sampai kejar-kejaran. Saya marah sekali sampai dendam pada orang itu,” kata Koko.

Setelah menikah, persoalan itu membuatnya lumayan repot karena gerai donat semakin banyak di mal dan pertokoan. Bukan hanya itu, anaknya yang terkecil (7 tahun) pun sangat menyukai donat.

”Istri dan anak saya yang paling besar sudah mengerti kondisi saya. Begitu masuk mal, biasanya kita menghindari melintas di depan toko atau kafe yang menjual donat. Kalau anak saya kepingin donat, biasanya istri saya membeli donat yang bentuknya tidak berlubang. Donat itu di rumah disimpannya di tempat terpencil agar tidak terlihat dan tercium oleh saya. Baru tercium baunya saja saya sudah cemas,” kata Koko.

Sampai saat ini Koko belum mau meminta bantuan ahli untuk menghilangkan fobianya meskipun itu sudah berlangsung hampir tiga dekade. Ia mengaku merasa mampu untuk menyembuhkan sendiri.

”Ada juga sih perasaan takut diketawain, kok takut sama donat? Selain itu, saya juga berpikir, toh cuma donat yang tidak bisa saya makan, masih banyak makanan lain. Jadi saya menganggapnya belum mengganggu,” kata Koko.

Mendung

Michelle (39) selalu dicekam ketakutan tiap kali langit gelap karena mendung. Benaknya mendadak dibanjiri bayangan kejadian alam yang bisa terjadi di luar kendalinya. ”Mendung itu berpotensi hujan badai, bahkan rasanya juga seperti tanda-tanda kiamat,” ujar ibu dua anak yang tinggal di Solo ini.

Ia baru lega ketika akhirnya hujan turun dengan biasa, tanpa angin kencang dan petir. Mendung gelap amat berdampak pada aktivitas Michelle sehari-hari. Tiap kali langit mendung, ia berdebar-debar, kesulitan berkonsentrasi, juga kehilangan fokus ketika diajak berbincang oleh orang lain.

Perutnya juga selalu bereaksi buruk tiap kali langit gelap, ia mendadak buang-buang air dan sama sekali kehilangan selera makan.

”Aku jadi seperti enggak bisa berpikir, enggak produktif banget tiap kali tahu kalau langit di luar rumah atau kantor sedang mendung. Mungkin kalau aku jadi pegawai, musim hujan yang banyak mendung bisa bikin aku dipecat,” ujar Michelle.

Perempuan yang mengelola bisnis miliknya sendiri ini kerap memilih segera pulang apabila mendung mulai muncul di langit.

Semakin dewasa, ketakutan Michelle bukan berkurang, malah bertambah. Ia juga merasa tidak nyaman berada di ketinggian, misalnya saat bepergian dengan pesawat terbang. Ia pun cemas akan ada gempa apabila berada di dalam gedung tinggi dan tertutup. Ketakutannya berubah menjadi pengalaman traumatik ketika tahun 2006 terjadi gempa di Yogyakarta.

Beragam upaya untuk mengurangi ketakutan sudah ia coba. ”Mulai dari meditasi, yoga, reiki, hingga konsultasi ke psikolog, tetapi belum banyak berkurang. Kalau keadaan terpaksa, ya memang aku tetap keluar rumah, tetapi dengan perasaan kacau dan enggak konsentrasi,” ujarnya.

Proses di otak

Terapis yang juga hypnotherapist bersertifikasi, Anthony Dio Martin, menyebutkan, fobia terbentuk akibat proses stimulus-respons yang berinteraksi terus-menerus sehingga otak terkondisikan (belajar) bahwa sesuatu itu menakutkan.

Dio Martin merujuk pada teori kondisioning klasik Pavlov, dengan eksperimennya yang terkenal yang menggunakan anjing.

Menurut Dio Martin, proses stimulus-respons yang terjadi di otak itu awalnya memunculkan perasaan cemas yang tidak beralasan, yang karena terus dikondisikan kemudian menjadi takut berlebihan, trauma, dan akhirnya menjadi fobia.

”Untuk penyembuhannya perlu mengubah bagaimana otak kita menyimpan memori tentang hal yang menakutkan itu,” kata Dio Martin.

”Fobia bisa disebabkan oleh sesuatu yang terjelaskan, tapi bisa juga oleh sesuatu yang tidak spesifik. Saya pernah menangani kasus seseorang yang sangat takut sama buah, ternyata pada waktu kecil, dia dipaksa ayahnya untuk makan segala macam buah. Ini penyebabnya jelas. Tetapi, ada juga fobia yang penyebabnya tidak spesifik, seperti takut melihat paruh ayam, mata kucing, dan lainnya. Pokoknya takut,” kata Dio Martin yang mendalami terapi NLP (neuro-linguistic programming) untuk menangani kasus-kasus fobia.

Menurut Dio Martin, fobia bisa disembuhkan, namun penyembuhannya tidak bisa melalui konseling, tetapi harus melalui terapi, karena fobia berhubungan dengan proses di otak.

”Banyak yang menganggap fobia bisa disembuhkan sendiri. Ini sulit dilakukan karena yang bersangkutan tidak bisa menolong dirinya sendiri. Jadi harus dengan bantuan tenaga profesional,” kata Dio Martin.

Tak sedikit penderita fobia yang enggan diterapi karena ”malu” dan menganggap persoalan yang dihadapinya sepele. ”Padahal, fobia itu tidak ada yang konyol. Apalagi kalau sudah sampai mengganggu aktivitas dan berdampak pada kebahagiaan hidupnya. Itu butuh terapi. Jangan sampai potensi untuk khawatir tidak beralasan itu kemudian merembet kepada hal lain,” katanya. (MYR/DAY)
Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : Harian Kompas

Memulihkan Anak dari Rasa Trauma

KOMPAS.com - Berbagai peristiwa dalam hidup kita, mulai dari bencana alam, kriminalitas, hingga meninggalnya orang terdekat, dapat menimbulkan rasa trauma. Tak terkecuali pada anak-anak.

"Anak-anak Indonesia memang sering menghadapi peristiwa traumatik. Bahkan, bangsa kita adalah bangsa yang trauma," kata Psikolog Forensik Nathanael EJ Sumampauw dalam diskusi bersama Forum Ngobrol Bareng Sahabat (Ngobras) di Jakarta (19/1/16).

Bukan hanya peristiwa langsung, paparan informasi bertubi-tubi mengenai suatu tragedi juga dapat menyebabkan terjadinya trauma sekunder.

"Trauma sekunder itu timbul walau seseorang tidak merasakan langsung atau tidak hadir dalam peristiwa itu tapi efeknya dirasakan," ujar psikolog yang biasa disapa Nael ini.

Ia menjelaskan, anak-anak dan orangtua hidup di tempat yang sama, sehingga apa yang terjadi di sekitar kita juga akan dirasakan oleh anak.

Trauma pada anak, menurut psikolog Sani Budianti Hermawan, M.Si, bisa terjadi ketika berita yang muncul menimbulkan ketakutan berlebih.

"Misalnya melihat gambar korban tanpa sensor. Ini bisa menghantui anak sehingga sulit tidur atau bahkan mengganggu konsentrasinya," kata Sani saat dihubungi Kompas.com (17/1/16).

Reaksi trauma, menurut Nael, adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah pengalamannya.

Tidak semua anak menunjukkan perilaku yang sama dalam menghadapi kejadian traumatik. Ada yang menunjukkan gejala penghindaran (avoidance), yakni menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan trauma yang ia alami. Misalnya, tidak mau melewati lokasi suatu kejadian.

Gejala kedua adalah mengingat-ingat atau mengulang kejadian yang sudah berlalu (reexperiencing). Lalu yang ketiga adalah ketergugahan fisik yang berlebihan (hyper arousal), misalnya takut mendengar suara keras, dan sebagainya.

"Yang harus dikenali orangtua adalah perubahan sikap yang signifikan dari anak. Tidak selalu anak menjadi pasif atau menarik diri. Ada juga anak trauma yang justru menjadi aktif atau agresif," ujar Nael.

Perubahan sikap yang mungkin terjadi misalnya anak yang tadinya tidak pernah mengompol sekarang jadi sering ngompol, atau anak terus "nempel" dengan orangtua, atau gangguan konsentrasi belajar.

Yang bisa membedakan perubahan itu hanya orangtua atau orang terdekat. Dengan mengenali perubahan itu orangtua bisa melakukan deteksi dini agar dampak trauma tidak terbawa sampai anak dewasa.

Atasi trauma

Bila anak menunjukkan tanda trauma, orangtua perlu menjelaskan pada anak mengenai kejadian traumatik yang dialaminya. Ajak anak berdialog untuk menggali sejauh mana pemahaman anak dan bagaimana perasaannya.

"Batasi paparan bermuatan kekerasan lebih lanjut melalui media massa. Risiko anak trauma juga lebih besar jika ia tinggal dengan orang dewasa yang memiliki reaksi berlebihan terhadap peristiwa itu," ujar Nael.

Meski anak perlu dijelaskan mengenai peristiwa tersebut, tapi orangtua juga sebaiknya menumbuhkan optimisme dan harapan pada anak. Misalnya untuk peristiwa kriminalitas atau terorisme, ceritakan aksi heroik polisi yang dengan cepat melumpuhkan terorisnya atau relawan yang menolong korban bencana alam.

Pada anak yang mengalami trauma, ekspresikan kasih sayang dari orangtua, misalnya dengan memberi pelukan, tersenyum, dan mengajaknya beraktivitas.

Bantu anak untuk melakukan rutinitasnya, misalnya kembali bersekolah, bermain bola, atau mengikuti les. "Rutinitas akan memberikan harapan pada anak akan hari esok," kata dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.

Sementara itu, tanda-tanda anak sudah terlepas dari trauma adalah anak sudah bisa bermain, bersekolah, bergaul, atau menikmati hari-harinya dengan baik.

"Itu adalah indikator anak sudah adaptif terhadap kejadian yang dialaminya. Berarti ia cukup tangguh (resilience) melampaui masa sulit," ujarnya.

Editor : Lusia Kus Anna

Pemanasan Sebelum Olahraga, Buang Waktu dan Tak Perlu?

KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun kita diajarkan pentingnya melakukan pemanasan atau peregangan sebelum berolahraga. Namun, studi-studi teranyar menyebutkan bahwa pemanasan sebenarnya hanya membuang waktu.

Salah satu dari penelitian itu menyebutkan, peregangan justru menurunkan kekuatan otot sampai 30 persen. Salah satu penyebabnya adalah sistem saraf pusat melawan pergerakan tersebut.

"Ketegangan otot menjadi kurang responsif dan lebih lemah 30 menit setelah melakukan peregangan. Padahal itu bukan hal yang kita inginkan untuk memulai olahraga," kata Malachy McHugh, direktur penelitian di Nicholas Institute of Sport Medicine and Athletic Trauma di Lenox Hill Hospital, New York, Amerika Serikat.

Pemanasan sendiri dibagi menjadi dua, yakni statis dan dinamis. Pemanasan statis adalah jenis pemanasan yang dilakukan dalam posisi tidak bergerak, seperti peragangan otot. Sementara itu pemanasan dinamis dilakukan sambil bergerak, misalnya lari-lari di tempat.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemanasan statis sebelum melakukan olahraga tidak terlalu efektif.

Penting tidaknya pemanasan memang masih diperdebatkan. Misalnya saja, sebuah penelitian yang dilakukan tim dari Center for Disease Control justru menyimpulkan bahwa cedera lutut bisa dikurangi sampai separuh pada mereka yang melakukan pemanasan, baik statis atau dinamis.

Menurut penjelasan dr.Michael Triangto, Sp.KO, memang ada beberapa kondisi yang tidak memerlukan pemanasan terlebih dahulu.

"Kalau untuk meningkatkan kekuatan otot dan memperbesar massa otot, peregangan memang tidak selalu dibutuhkan," kata Michael saat dihubungi Kompas.com (3/2/16).

Meski demikian, menurutnya apa yang selama ini sudah diajarkan (pemanasan) tidak salah. Pada kondisi standar pemanasan tetap perlu.

"Untuk latihan kardio atau orang yang pernah cedera pada otot-otot tersebut pemanasan tetap perlu, bahkan harus dilakukan secara cukup," ujarnya.

Bagi mereka yang sudah pernah cidera, peregangan wajib dilakukan. Sementara itu kalau latihan bebannya hanya sekali-sekali, stretching bisa dilakukan saat latihan kardio.

Peregangan, menurut Michael, merupakan bagian penting dari kegiatan olahraga. "Tujuannya untuk menyiapkan diri melakukan gerakan yang akan kita lakukan. Pemanasan juga mencegah cidera dan meningkatkan performa atlet," paparnya.

Durasi pemanasan bisa disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan. "Untuk latihan yang sifatnya intens perlu 20-30 menit, tapi kalau hanya jogging saja 5 menit sudah cukup," imbuh dokter yang menangangi atlet di Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia ini.

Penulis : Lusia Kus Anna
Editor : Lusia Kus Anna

Memahami Isi Otak Seorang Psikopat

KOMPAS.com - Kasus kopi maut Mirna telah mengantar Jessica menjadi tersangka. Di awal kasus ini mencuat, ada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak, menyebutnya psikopat. Benarkah demikian? Hanya penyidik dan psikolog yang memeriksanya yang tahu.

Di luar kasus kopi maut, mungkin Anda juga pernah mendengar kasus "gadis dalam kotak" di AS. Kasus ini terjadi pada 1977, saat Cameron Hooker menculik Colleen Stan, menyimpannya dalam kotak kecil selama tujuh tahun, 23 jam sehari.

Stan hanya boleh keluar selama satu jam sehari untuk diperkosa dan disiksa secara keji. Pada 1984, Hooker ditangkap, 1985 dijatuhi hukuman 104 tahun penjara dan diberi julukan "Psikopat Paling Keji Abad Ini".

Seperti apa psikopat itu sebenarnya dan semudah itukah kita bisa membedakan seorang psikopat, jika dia ada di dekat kita?

Secara harafiah, psikopat berarti sakit jiwa. Psikopat berasal dari kata psyche atau jiwa dan pathos atau sakit. Sakit jiwa tidak sama dengan gila karena kalau gila, dia tidak sadar atas apa yang dilakukannya. Seorang psikopat sadar atas perbuatannya. Gejala psikopat disebut psikopati.

Untuk mendiagnosa apakah seseorang benar adalah psikopat atau bukan, butuh evaluasi yang ketat dan menyeluruh. Ada tujuh tahap pemeriksaan termasuk 20 checklist psikopati Hare yang harus dijalankan.

Hare adalah nama belakang dari Robert D. Hare, Bapak Psikopati Dunia, seorang ahli psikopati dari British Columbia University yang meneliti dunia para psikopat selama 25 tahun. Menurut penelitian, hanya 15-20 persen psikopat yang melakukan tindak kriminal.

Memahami benak psikopat

Secara fisik, tidak ada perbedaan antara psikopat dengan nonpsikopat. Ciri paling nyata psikopat terlihat dari reaksi emosionalnya atas satu kejadian. Seorang psikopat, kurang atau bahkan tidak memiliki reaksi emosi seperti takut, sedih atau tertekan.

Menurut Hare, selain kurang memiliki emosi, seorang psikopat juga seringkali bersifat manipulatif. Mereka bisa berpenampilan, bersikap, dan bertuturkata sangat menyenangkan.

Selain itu,  mereka juga sangat egosentris, namun punya kemampuan analisa dan kecerdasan di atas rata-rata. Mungkin hal ini disebabkan karena mereka tidak melibatkan perasaan ketika menilai sesuatu.

Psikopat yang kriminal, hampir seluruhnya tercatat pernah berbuat keji di masa lalu. Awalnya pada hal-hal yang dianggap remeh, misalnya binatang. Setelah itu, meningkat menjadi menyakiti manusia.

Catatan FBI mengatakan, 100 persen pembunuh serial yang mereka tangkap punya sejarah kelam sebagai penyiksa hewan di masa kecil atau remaja. Rata-rata pembunuh serial adalah seorang psikopat, tapi tidak semua psikopat jadi pelaku kekerasan atau pembunuh baik tunggal maupun serial.

Akibat kurangnya emosi, psikopat seringkali merasa tidak bersalah jika perbuatannya merugikan orang lain. Mereka tahu itu merugikan, tapi mereka tidak peduli karena cara pikir mereka berbeda.

Pengalaman dari James Fallon mungkin bisa jadi contoh. Fallon adalah profesor neurosains dari University of California yang juga banyak berurusan dengan psikopat.

Satu hari, Fallon bertanya pada seorang psikopat, apakah dia menyesal telah menikam seorang perampok. Jawaban si Psikopat, "Yang benar saja! Dia (si perampok) sengsara berbulan-bulan di rumah sakit dan aku membusuk di penjara. Aku tidak membunuhnya. Aku mencoba membebaskannya dari sengsara. Kalau aku membunuh, akan kulakukan dengan cara mengiris tenggorokannya (bukan dengan menikam). Seperti itulah aku. Aku mencoba membebaskannya."

Jika Anda menepukkan tangan di belakang telinga seseorang, orang itu akan kaget. Mungkin, bahkan saking kagetnya, tangannya akan berkeringat. Hal ini tidak akan terjadi pada seorang psikopat. Reaksi yang Anda terima akan datar.

Seorang psikopat, sangat jarang mengalami tangan berkeringat karena stres, takut, atau grogi. Sekarang bayangkan, jika Anda tidak pernah takut, marah atau sedih - bagaimana Anda bisa berempati pada kemarahan, ketakutan dan kesedihan orang lain?

Empati adalah bagian dari perkembangan moral yang normal. Waktu kita kecil, kita diajarkan untuk tidak menyakiti makhluk hidup. Itu menumbuhkan rasa empati dalam diri kita.

Ketika kita menyakiti seseorang atau sesuatu, rasa sakit orang atau sesuatu itu akan membuat kita menyesal. Mengapa kita harus menyakitinya? Sebaliknya, menjadi seorang penolong, akan membuat kita bahagia. Empati ini mungkin tidak akan Anda lihat pada seorang psikopat.

Emosi psikopat bukan emosi spontan

Christian Keysers Ph.D., kepala laboratorium Netherlands Institute for Neuroscience dan tim mengadakan penelitian selama dua dekade untuk membuktikan, apakah memang benar psikopat tidak memiliki empati.

Tim membawa 21 terpidana psikopat pelaku kekerasan untuk melakukan scan otak. Setiap pasien ditunjukkan adegan film yang memperlihatkan orang-orang  menyakiti satu sama lain sementara aktivitas otak mereka diukur dengan menggunakan fMRI.

Pertama, pasien hanya diberitahu untuk menonton film dengan hati-hati. Kemudian, Harma Meffert, mahasiswa doktoral yang terlibat dalam penelitian  pergi ke ruang scanner dan memukul tangan para psikopat  untuk melokalisasi daerah otak yang mengatur reaksi atas sentuhan  dan rasa sakit.

Peneliti melakukan hal yang sama terhadap 26 relawan pria nonpsikopat, yang berusia dan ber-IQ sama dengan para psikopat.

Hasil penelitian, yang sudah diterbitkan dalam jurnal Brain,  menunjukkan bahwa aktivasi motorik, somatosensori dan daerah otak yang mengatur emosi, jauh lebih rendah pada pasien dengan psikopati dibandingkan subjek normal. Sampai di sini, teori yang menyebutkan bahwa psikopat kurang atau tidak punya emosi, nampaknya benar.

Valeria Gazzola, peneliti yang juga menjabat kepala lab, menyarankan agar relawan psikopat menonton film lagi, sambil meminta agar mereka mencoba berempati kepada tokoh korban di film itu.

Dilihat dari hasil fMRI, imbauan Gazolla yang sederhana itu ternyata mampu mengaktifkan bagian otak yang mengatur emosi. Para psikopat mampu berempati ketika disuruh untuk itu.

Bagi kebanyakan kita, rasa empati adalah sesuatu yang otomatis muncul ketika melihat kesedihan atau ketidakadilan. Tidak demikian dengan cara kerja otak psikopat. Jika mereka ingin, mereka dapat berempati. Ini juga menjelaskan bagaimana mereka bisa begitu menawan sekaligus  begitu manipulatif.

Setelah Anda melakukan apa yang menjadi tujuan mereka, bagian otak yang mengatur emosi kembali tidak aktif. Mereka kembali tidak punya rasa empati terhadap penderitaan orang lain.

Tampaknya individu dengan psikopati memiliki pola kerja otak yang berbeda. Tombol otomatis yang menyalakan reaksi empati mereka nampaknya mati.

Masih banyak yang perlu dipahami tentang mengapa dan bagaimana individu dengan psikopati memiliki potensi untuk berempati tapi potensi ini bisa mati secara tiba-tiba.

Untuk para terapis yang sering menangani pasien psikopat,  temuan ini menunjukkan bahwa mungkin pendekatan terbaik bukanlah mengajar para psikopat berempati - mereka bisa berempati jika mereka mau dan merasa perlu.

Mungkin, para psikopat perlu didorong atau dilatih untuk selalu dan selalu berempati, sebelum kekerasan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.

Penulis : Lily Turangan
Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : psychologytoday

Bisakah Seorang Anak Menjadi Psikopat?

KOMPAS.com - Kita tahu bahwa anak-anak bisa sangat menjengkelkan. Mereka bisa bersikap liar dan menyakiti orang lain, kemudian mengejek orang yang disakitinya itu. Perilaku ini jelas sangat salah. Tapi, apakah itu tanda bahwa anak tersebut adalah seorang psikopat?

Majalah New York Times pernah memuat artikel berjudul "Can You Call a-9 Year Old Boy a Psychopath?” Artikel ini bercerita mengenai seorang anak bernama Michael yang berkelakuan liar, manipulatif, dan tidak bisa dikontrol. Sebagai upaya terakhir, orangtuanya membawa Michael menjalani serangkaian pemeriksaan di Florida International University.

Diagnosa yang keluar adalah psikopati; Michael ditemukan memiliki dua standar deviasi di luar kisaran normal untuk perilaku berperasaan-emosional. Karakteristik ini sering ditemukan di psikopat.

Terlepas dari hasil tes, melabeli seorang anak kecil sebagai psikopat atau prapsikopat, menurut Kathryn Seifert, Ph.D., penulis Child & Adolescent Risk Evaluation, adalah penghakiman yang prematur.

Label tersebut akan menciptakan stigma sosial jangka panjang. Menurutnya, emosional, sosial, dan moral seorang anak belum berkembang sepenuhnya, sehingga tidak seharusnya disebut psikopat.

Ada enam tahapan Pengembangan Moral yang perlu dipelajari manusia sejak lahir sampai dewasa, sebagaimana dirumuskan oleh psikolog terkenal Lawrence Kohlberg dan Elliot Turiel.

Beberapa anak memakan waktu lebih lama daripada yang lain untuk menuju tahap berikutnya. Hambatan yang dialami bisa datang dari mana saja seperti trauma lingkungan, biologis atau kondisi otak.

Kurang atau tidak bisa berempati pada orang lain, yang menjadi salah satu ciri utama psikopat, adalah hal yang banyak ditemukan pada anak-anak usia dini. Sampai ada orang dewasa yang mengajarkannya, anak tidak tahu apa-apa tentang empati. Mereka hanya fokus pada keinginan dan kebutuhannya sendiri.

Masih menurut Seifert, Michael jelas menunjukkan sinyal bahaya, tapi tetap tidak bisa disebut psikopat. Di usia sembilan tahun, Michael ada di tahap tiga perkembangan moral. Ini adalah tahap di mana manusia belajar arti empati. Tahap tiga berlangsung dari umur 7-11 tahun.

Di tahap dua, kebanyakan anak sangat aktif, hanya mampu berkonsentrasi sebentar dan cenderung egois. Jika Michael mengalami keterlambatan, mungkin dia ada di tahap dua saat seharusnya ada di tahap tiga.

Dapatkah seorang anak berkembang menjadi psikopat? Ya, bisa. Tapi sampai seorang anak menjadi dewasa, paling baik yang dilakukan orang tua adalah mengawasi sinyal-sinyal bahaya yang muncul dan menyediakan terapi serta dukungan yang diperlukan.

Orang tua yang curiga anaknya punya bakat psikopat, harus tahu bahwa sampai hari ini, para ilmuwan belum bisa merumuskan secara bulat apa yang jadi penyebabnya. Ada yang percaya bahwa penyebab psikopatik adalah gabungan dari kondisi lahir bercampur dengan trauma lingkungan.

Sebuah penelitian oleh Chicago University di Amerika Serikat mengungkapkan, perilaku tak berperasaan pada psikopat dipicu oleh gangguan komunikasi saraf pada otak.

Gangguan terjadi pada bagian otak yang berperan memunculkan rasa kasih sayang dan kepedulian, termasuk area korteks prefrontal ventromedial dan amigdala--sekumpulan saraf yang berperan penting dalam pengolahan emosi seperti rasa takut, marah, dan senang.

Profesor Robert Hare, psikolog yang dijuluki Bapak Psikotik Dunia, dalam bukunya yang berjudul "Without Conscience" mengatakan, bahwa penyebab dari prilaku psikopatik masih belum bisa diprediksi secara pasti, apakah hal tersebut merupakan pengaruh dari faktor eksternal (kehidupan sosial, lingkungan) ataukah faktor internal (genetik, kerusakan fungsi otak). Tapi, ada kemungkinan gabungan keduanya.

Selain harus siap melihat perilaku yang dianggap tidak berperasaan dari anak, orang tua juga harus siap dengan sikap manipulatif yang dilakukan oleh anak dengan kecenderungan psikopatik. Orangtua, seyogianya mencari tahu di mana kelemahan dirinya sendiri yang mudah dimanipulasi, sehingga bisa membentengi diri.

Empati adalah sesuatu yang diajarkan. Pada beberapa anak, konsep empati sangat mudah dipelajari dan diterima.

Pada anak dengan kecenderungan psikopatik, hal ini sulit diterima. Tapi, dengan bantuan psikolog berpengalaman, orangtua dapat menentukan terapi yang tepat untuk terus melatih otak dan perilaku anak berempati terhadap sesamanya.

Ini dilakukan demi mencegah dia menghalalkan segala cara, termasuk kekerasan dan tipuan, untuk mencapai keinginannya.

Penulis : Lily Turangan
Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : Psychology Today

Mayoritas Orang Tak Bahagia di Tempat Kerja

KOMPAS.com - Setiap hari, rata-rata kita menghabiskan waktu 8 jam di tempat kerja, atau sekitar 40 jam setiap minggunya.

Durasi waktu itu memang jauh lebih banyak dibanding saat kita melakukan aktivitas lain sehari-hari. Meski begitu, bukan berarti kita menyukai aktivitas ini.

Menurut sebuah survei di Inggris, selain saat sakit, berada di tempat kerja merupakan hal yang tidak membahagiakan sebagian besar responden.

"Walau kita harus bersikap positif mengenai pekerjaan kita, apalagi hal itu memberi makna dan tujuan dalam hidup, serta tentunya memberi penghasilan, tapi bekerja ternyata memberi dampak psikologis," kata Dr.George MacKerron, pakar ekonomi di Universitas Sussex.

Ketidakbahagiaan di tempat kerja sepertinya juga dialami banyak orang di belahan dunia mana pun. Dalam survei yang diadakan oleh Gallup terungkap apa saja penyebab ketidaksukaan responden pada tempat kerja mereka.

Salah satu alasan utama adalah para responden merasa tidak bisa menggunakan bakat dan kekuatan mereka di tempat kerja. Tekanan di tempat kerja juga sering menjadi sumber kecemasan dan stres seorang karyawan.

Aplikasi

MacKerron dan timnya membuat aplikasi yang disebut dengan Mappiness untuk mengetahui seberapa bahagia seseorang pada waktu-waktu tertentu secara acak setiap harinya.

Mappines sudah dipakai ribuan orang untuk memonitor kebahagiaan para penduduk di Inggris sejak pertama kali diluncurkan tahun 2010.

Aplikasi ini mengirimkan notifikasi pada pengguna ponsel sekitar 5 kali dalam sehari dan menanyakan survei singkat untuk mengukur tinggak kebahagiaan, rasa awas, serta rileksasi. Ditanyakan pula apa yang sedang dilakukan, di dalam atau luar ruangan, serta bersama siapa.

Selain bekerja, hal-hal yang membuat seseorang merasa merana antara lain adalah mengantri, mengatur keuangan, duduk dalam ruang rapat atau ruang kelas, serta dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja.

Sebaliknya, melakukan hubungan seksual adalah hal yang dianggap paling membahagiakan.

Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : Medical Daily

Waspada, Kecanduan Video Game Bisa Mematikan!

KOMPAS.com - Kecanduan video game adalah masalah yang sangat nyata bagi banyak orang. Menurut University of New Mexico, studi terbaru menunjukkan bahwa enam sampai 15 persen orang yang suka bermain game online, menunjukkan ciri-ciri  kecanduan.

Meski konsekuensi yang ditimbulkan oleh kecanduan ini bisa sangat berbahaya, tanda-tanda dan gejalanya, kadang sulit untuk dikenali.

Kasus kecanduan bermain game sudah memakan banyak korban di berbagai negara. Jika Anda mencari di mesin pencari internet, Anda akan menemukan banyak kisah yang miris.

Misalnya, ada pria Jerman yang sampai membius kekasihnya supaya tidak dilarang berlama-lama main game di internet.

Bahkan di Cina, tepatnya di Provinsi Yangju, ada orangtua yang lebih mementingkan bermain game online ketimbang memberi makan anaknya yang masih bayi.

Setelah 12 jam bermain, mereka menemukan bayi perempuan mereka tewas dehidrasi dan malnutrisi. Orangtua ini telah diamankan oleh polisi setempat.

Kemudian, ada juga seorang pemuda yang tega membunuh ibunya lantaran sang ibu sering menasehati pemuda itu, agar tidak menghabiskan banyak waktu bermain video game. Setelah membunuh ibunya, dengan santai pemuda itu kembali meneruskan permainannya.

Secara garis besar, ada dua jenis permainan game, yaitu yang dimainkan sendiri dan yang dimainkan bersama orang lain. Standar video game umumnya dirancang untuk dimainkan oleh pemain tunggal dan melibatkan tujuan atau misi yang jelas, seperti menyelamatkan seorang putri.

Kecanduan dalam permainan ini sering dikaitkan dengan menyelesaikan misi itu dan mendapat skor tertinggi.

Jenis lain dari kecanduan video game dikaitkan dengan jenis permainan multiplayer online (dimainkan dengan cara bersaing dengan satu atau lebih lawan secara online). Permainan ini sangat bersifat adiktif, karena umumnya tidak memiliki akhir, balas membalas antar pemain bisa berlangsung dalam waktu sangat lama dan kerap melibatkan uang (biasanya dalam bentuk chip yang bisa dibeli melalui internet).

Pelaku permainan ini  membangun hubungan dengan pemain online lainnya sebagai pelarian dari realitas. Bagi beberapa orang, komunitas game online ini, mungkin menjadi tempat di mana mereka merasa mereka yang paling diterima.



Penyebab Kecanduan

Banyak penyebab mengapa seseorang bisa  kecanduan video game. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa video game memang  dirancang untuk menjadi seperti itu. Desainer video game, seperti orang lain yang mencoba untuk mendapat keuntungan dari ciptaannya, mereka selalu mencari cara untuk mendapatkan lebih dan lebih  banyak lagi dari para pemain.

Faktor lainnya adalah kelemahan mental si pecandu atau tekanan lingkungan seperti yang telah disebutkan di atas.

Banyak pecandu merasa tidak diterima atau kurang dihargai oleh lingkungan nyata, sehingga beralih ke dunia maya dan mereka ingin "kehebatan" mereka diakui.



Apa gejalanya?

Seperti kecanduan lainnya, kecanduan video game juga memiliki gejala-gejala khusus. Penting bagi Anda untuk mengenali tanda-tandanya demi menyelamatkan kenalan, keluarga atau bahkan diri Anda sendiri dari kecanduan ini. Menurut Illinois Institute for Addiction Recovery, kecanduan bermain video game memiliki gejala emosi dan fisik.



Gejala emosi:

1. Perasaan gelisah dan / atau mudah marah ketika tidak bisa bermain.

2. Pikiran dipenuh sesi permainan yang telah berlalu atau yang akan datang.

3. Berbohong kepada teman atau anggota keluarga tentang jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain.

4. Terisolasi dari orang demi  menghabiskan lebih banyak waktu bermain.



Gejala fisik:

1. Kelelahan.

2. Migrain karena konsentrasi intens atau ketegangan mata.

3. Mengalami Carpal Tunnel Syndrome, disingkat CTS. CTS  adalah penyakit di pergelangan tangan karena saraf yang tertekan dan menimbulkan gejala nyeri, mati rasa, dan parestesia (kesemutan atau seperti terbakar). Carpal tunnel syndrome dapat disebabkan oleh terlalu sering menggunakan controller atau mouse (tetikus).

4. Kebersihan pribadi yang buruk.

Seperti gangguan kompulsif lainnya, kecanduan video game dapat memiliki konsekuensi negatif yang parah. Meskipun sebagian besar gejala yang tercantum di atas memiliki efek jangka pendek, kecanduan video game juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang lebih parah jika tidak ditangani dengan benar.

Misalnya, seseorang kecanduan video game sering lupa atau sengaja tidak makan dan tidur demi melanjutkan permainan.

Efek jangka pendeknya, mungkin pelaku hanya merasa kelaparan atau lelah. Tapi jika ini terjadi terus-menerus, masalah kesehatan lain yang lebih serius akan muncul.

Demikian pula, orang-orang yang mengisolasi diri dari orang lain untuk bermain video game bisa saja jadi kehilangan teman dan menjauh dari keluarga.

Efek jangka panjang lainnya adalah konsekuensi keuangan, akademik dan pekerjaan yang terbengkalai.

Video game dan peralatannya, jika dikejar terus-menerus, bisa  sangat mahal. Belum lagi ada biaya koneksi internet kecepatan tinggi yang diperlukan untuk game multiplayer online.

Permainan ini juga bisa sangat memakan waktu, membuat pecandunya hanya memiliki sedikit waktu untuk fokus pada pendidikan atau karir mereka.



Apakah ada tes medis yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang sudah masuk kategori pecandu atau belum?

Tes yang paling efektif adalah tes mandiri, dengan  memeriksa daftar gejala di atas. Jika Anda menemukan diri  Anda atau seseorang yang Anda kenal, mengalami beberapa gejala yang disebut di atas, itulah saat yang tepat untuk segera berusaha mengurangi waktu bermain video game.  Jika Anda tidak dapat melakukannya sendiri, pasti psikolog atau psikiater bisa membantu Anda.

Jangan Terlalu Lama Dengarkan Musik Sedih Saat Putus Cinta

KOMPAS.com- Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengatasi kesedihannya saat mengalami putus cinta. Bagi banyak orang, rasa galau bisa dihilangkan dengan mendengarkan musik.

Musik yang mendayu-dayu dengan lirik sedih, dianggap bisa menggambarkan dalamnya kesedihan akibat gagalnya hubungan cinta. Lewat lirik tersebut kita juga bisa melepaskan emosi.

Mendengarkan musik yang sedih setelah putus cinta ternyata bukan hanya sekedar membiarkan diri larut dalam kedukaan, tapi juga bisa membantu kita menyingkirkan emosi sedih.

"Musik memiliki bentuk yang sama dan juga aliran yang sama seperti emosi manusia. Jenis musik seperti ini bisa mendorong seseorang yang sedang berduka untuk menangis atau mengekpresikan dengan cara yang tepat untuknya," kata ahli musikologi Kay Norton.

Penelitian tahun 2014 juga menunjukkan, mendengarkan musik melankolis setelah putus cinta bisa memberikan perasaan lega. Rasa sukacita akan timbul saat kita merasa terhubung dengan lirik tersebut dan bisa bebas berimajinasi.

Mereka juga merasakan empati dengan pemusik, sehingga merasa tidak sendirian dalam melalui kesedihan.

Menyingkirkan rasa sedih adalah langkah yang penting untuk mengatasi rasa stres atau kehilangan.  Justru jika kita tidak membiarkan emosi itu meluap kita akan menyimpan rasa sedih sehingga memunculkan emosi negatif dan membuat perasaan kehilangan semakin besar.

Walau mendengarkan lagu sedih bisa membuat perasaan lebih nyaman, tapi sebaiknya jangan terlalu lama mendengarkannya.

Begitu Anda mulai merasa lebih baik, segeralah dengarkan lagu dengan melodi yang lebih cepat dan gembira. Lagu-lagu seperti "I Will Survive" milik Gloria Gaynor bisa membuat kita lebih bersemangat untuk bangkit dari rasa sedih. Demikian juga lagu Leona Lewos "Better in Time", atau "So What" milik Pink.

Menurut Susan Winter, pakar hubungan, mendengarkan lagu-lagu Adele sebenarnya juga bisa membantu kita bangkit.

"Adele menyadari bahwa cinta merupakan hadiah yang bertahan lama. Tetapi juga lirik lagunya berisi ungkapan terima kasih dan harapan agar mantan pasangan kita berbahagia di hidupnya yang baru walau tanpa kita," kata Winter.

Berupaya untuk merasakah hikmah dari kesedihan yang kita alami juga membantu kita lebih tenang dan mudah untuk beranjak ke babak baru.  Dengan mendengarkan lagu-lagu yang positif dan gembira, kebahagiaan pun akan meningkat.

Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : Medical Daily

Sekali Lagi... Diabetes Bukan Faktor Keturunan!

KOMPAS.com – Sebagian besar orang beranggapan bahwa penyebab diabetes adalah faktor keturunan. Anggapan itu tidak benar. diabetes bisa menyerang siapa saja, baik yang memiliki riwayat keturunan diabetes maupun tidak.

diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula dalam darah melebihi batas normal. Hal itu disebabkan karena terganggunya kerja hormon insulin, yaitu hormon yang berhubungan dengan metabolisme gula sehingga kurang optimal menjaga kadar gula darah tetap normal.

Urusannya panjang kalau dibiarkan. Pasalnya, diabetes bisa menyebabkan berbagai komplikasi pada organ tubuh, kebutaan, sakit ginjal, bahkan sampai menyebabkan amputasi, dan kematian.

Selain faktor keturunan, gaya hidup disebut-sebut berkontribusi besar pada risiko seseorang terkena diabetes. Pola hidup tersebut meliputi asupan gula berlebih, makanan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan kurang istirahat. Hal itulah penyebab seseorang yang tidak punya riwayat keturunan diabetes tetapi memiliki risiko terkena diabetes.

Karena itulah, membatasi asupan gula dan menerapkan pola hidup sehat adalah salah satu cara paling ampuh menurunkan risiko diabetes.

Kebiasaan Hidup Sehat

Coba ingat-ingat, kapan terakhir Anda berolahraga? Selain membakar lemak, aktivitas fisik juga membantu menurunkan risiko diabetes. Lakukan olahraga dengan intensitas sedang selama setidaknya total 150 menit dalam seminggu.

Selain itu, terapkan pola makan bergizi seimbang. Batasi asupan karbohidrat sederhana dan lemak, serta perbanyak asupan serat dan makanan alami yang kaya vitamin dan mineral.

Makanan berserat, misalnya beras merah, sayuran, dan buah-buahan lebih lambat dicerna di dalam sistem pencernaan sehingga kadar gula tak melonjak tinggi begitu selesai menyantap. Perut pun tak cepat merasa lapar.

Hindari juga stres berikut pemicunya. Stres bisa menyebabkan berbagai gangguan di dalam tubuh, termasuk memicu diabetes.

Terakhir, batasi asupan gula harian Anda. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan pembatasan asupan gula sampai 25 gram atau setara dengan dua sendok makan per hari untuk mendapatkan manfaat kesehatan tambahan bagi orang dewasa.

Hati-hati, asupan gula harian bukan hanya dari yang ditambahkan ke dalam teh atau kopi. Asupan gula juga didapatkan dari yang "tersembunyi" dalam makanan dan minuman yang Anda santap.

Satu kaleng minuman soda bisa, misalnya, mengandung 30 gram gula. Minuman teh kemasan botol juga bisa mengandung 26 gram gula, sedangkan dua potong martabak manis mengandung sampai 30 gram gula. Dari makanan dan minuman itu, bisa Anda lihat sendiri batas asupan gula harian sangat mudah terlampaui, bukan?

Tentu, membatasi asupan gula harian bukan berarti menghindari rasa manis. Anda bisa mengganti gula Anda dengan gula rendah kalori Tropicana Slim. Selain rendah kalori, rasa gula ini juga semanis gula yang biasa dikonsumsi. Dengan membatasi asupan gula, dan menerapkan hidup sehat, risiko diabetes pun bisa diturunkan.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Hidup Sehat dan Menyenangkan, Bisa!

Penulis : Reza Pahlevi
Editor : Latief

Dokter Akui Sulit Diagnosis Penyakit "Multiple Sclerosis"

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit Multiple Sclerosis (MS) mungkin masih terdengar asing di telinga. Belum banyak yang mengetahui adanya penyakit ini. Diagnosis penyakit ini pun terbilang sulit karena kebanyakan tidak memunculkan gejala yang khas.

"Penyakit ini memang tidak mudah didiagnosis. Apalagi pada fase awal," ujar dokter Spesialis Saraf Riwanti Estiasari dalam diskusi di RSCM, Jakarta, Selasa (26/1/2016).

MS merupakan penyakit yang menyerang saraf pusat dan menyebabkan sejumlah fungsi tubuh berkurang, bahkan hilang. Hingga saat ini belum diketahui pasti apa penyebab MS.

Gejala MS antara lain, fatigue atau kelelahan, gangguan keseimbangan, gangguan berjalan, penglihatan kabur, dan kesemutan.

Munculnya gejala pada tahap awal sering kali tak disadari penderitanya. Apalagi jika kondisi tubuh terlihat baik-baik saja. Padahal, jika tidak ditangani sejak awal penyakit ini bisa menyebabkan sistem saraf semakin buruk dan pasien lumpuh.  Penyakit MS juga sering dicurigai sebagai penyakit stroke hingga kanker otak.

Salah satu pemeriksaan utama yang dilakukan untuk diagnosis MS yaitu MRI untuk melihat gambaran kerusakan otak yang khas pada penyandang MS. Akan tetapi, tak semua penyandang MS memunculkan gambaran yang khas di otak saat MRI.

Pemeriksaan lainnya, yaitu dengan lumbal pungsi atau pengambilan cairan otak di punggung. Menurut Riwanti, banyak pemeriksaan yang diperlukan untuk memastikan penyakit MS. Bahkan salah satu prosedur diagnosis, yaitu menunggu terjadinya kekambuhan gejala untuk kedua kalinya. Hal ini membuat diagnosis MS terkadang berlangsung lama.

"Ada bebrapa pemeriksaan otak ini yang juga belum bisa dilakukan di Indonesia. Mau enggak mau sampelnya dikirim ke luar negeri," kata Staf Pengajar Departemen Neurologi FKUI RSCM itu.

Penulis : Dian Maharani
Editor : Lusia Kus Anna

Apa Itu Penyakit "Multiple Sclerosis"?

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyakit multiple sclerosis memang tak sepopuler penyakit stroke dan kanker. Sayangnya, minimnya pengetahuan masyarakat, termasuk tenaga medis, menyebabkan penyakit multiple sclerosis sering kali tidak terdeteksi atau terlambat didiagnosis.

Multiple sclerosis atau biasa disingkat MS merupakan penyakit auto-imun yang menyerang sistem saraf pusat. MS bisa menyerang saraf di otak dan mata.

Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Riwanti Estiasari menjelaskan, MS menyerang selubung myelin yang berfungsi sebagai isolasi pelindung saraf. Rusaknya myelin bisa menyebabkan sinyal dari otak terganggu sehingga lama-kelamaan bisa mengakibatkan fungsi tubuh berkurang, bahkan hilang.

"Manifestasinya bisa bermacam-macam, tergantung area mana yang terkena," kata Riwanti dalam diskusi di RSCM, Jakarta, Selasa (26/1/2016).


Penyakit seribu wajah

Gejala MS bervariasi dan tidak khas, seperti kesemutan, fatigue atau kelelahan, gangguan keseimbangan, gangguan berjalan, dan pandangan ganda. MS pun dikenal sebagai penyakit seribu wajah.

Menurut Riwanti, kasus MS yang paling banyak ditemui, yaitu tipe Relapsing-Remitting MS. Dalam kasus ini, gejala yang dialami pasien tidak menentu atau sering hilang dan tiba-tiba muncul kembali. Misalnya, pasien bisa tiba-tiba terjatuh karena kelemahan otot. Pasien juga bisa mengalami kelumpuhan hingga perubahan suasana hati.

Gejala yang tidak khas membuat dokter sulit melakukan diagnosis MS. Tak jarang, gejala MS diduga penyakit stroke, kanker otak, atau terkena infeksi di otak sehingga merusak saraf.

Hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan MS. Obat-obatan yang ada hanya untuk mencegah kerusakan myelin semakin parah. Harga obat pun masih terbilang mahal, yaitu sekitar Rp 15 juta per bulan. Bahkan, untuk tipe Secondary-Progressive MS dan Primery-Progressive MS belum ada obatnya di Indonesia.


Menyerang usia produktif

Riwanti mengatakan, MS umumnya terjadi pada usia produktif, antara usia 15-50 tahun. Penyakit ini tiga kali lebih banyak ditemui pada wanita. MS juga ditemui pada anak-anak. Namun, hingga kini tidak diketahui penyebabnya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Lily S Sulistyowati menambahkan, belum ada data resmi prevalensi MS di Indonesia.

Asosiasi Multiple Sclerosis Amerika memperkirakan, setidaknya ada satu juta orang di seluruh dunia yang menderita MS dan terdapat 10.000 kasus baru tiap tahunnya.

Sementara itu, berdasarkan data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dalam kurun waktu 1,5 tahun terdapat 14 orang yang didiagnosis MS di Indonesia.

Penyakit yang merenggut nyawa komedian dan pembaca acara Ferrasta Soebardi alias Pepeng itu memang masih terbilang langka.

Meskipun jarang menyebabkan kematian, penderita MS umumnya mengalami penurunan kualitas hidup dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Tak sedikit penderita MS pada usia produktif yang akhirnya berhenti bekerja.

Penulis : Dian Maharani
Editor : Bestari Kumala Dewi

Setelah Menopause, Wanita Lebih Berisiko Alami Radang Sendi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit radang sendi atau arthritis umumnya menyerang orang-orang berusia 50 tahun ke atas atau pada wanita setelah menopause. Penyakit arthritis akan menyebabkan rasa nyeri pada sendi akibat rusaknya tulang rawan.


Salah satu jenis penyakit arthritis adalah osteoarthritis, di mana secara progresif mengikis kartilase sendi lutut yang kemudian akan menyebabkan rasa sakit, bengkak, kaku, hingga kesulitan bergerak.


Dalam dunia medis, osteoarthritis termasuk penyakit yang terjadi seiring penuaan dan lebih sering ditemukan pada wanita, terutama setelah menopause. Menurunnya hormon estrogen setelah menopause menjadi salah satu pemicu muncullnya osteoarthritis.


Menurut Dr. Jeffrey Chew Tec-Hock, spesialis bedah tulang dari Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapore, osteoarthritis sulit untuk dicegah, karena ini adalah penyakit yang muncul akibat penurunan fungsi organ tubuh.


Faktor risiko arthritis adalah usia, berat badan, genetik, riwayat cedera, dan penyakit seperti tumor. Selain itu, bisa juga disebabkan karena cedera olahraga serta keausan karena aktivitas pekerjaan berat.


“Untuk meminimalkan risiko, biasakan berolahraga rutin sebelum ataupun setelah menopause. Olahraga akan memperkuat otot dan melancarkan peredaran darah. Selain itu menjaga berat badan ideal dan konsumsi makanan sehat bergizi,” ujar Dr. Jeffrey saat temu media dalam acara Health Talk: Bebas Bergerak dengan Bedah Lutut Robotik di Penang Bistro, Jakarta (26/1).


Dr. Jeffrey menambahkan, jangan pernah anggap sepele radang sendi. Jika merasakan sakit di bagian sendi, segera berkonsultasi dengan dokter. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan dengan X-ray. Sehingga, setelah itu dokter dapat memberikan pengobatan yang tepat sesuai kondisi. Ini juga untuk mencegah osteoarthritis semakin memburuk.

Editor : Bestari Kumala Dewi

Deteksi Penyakit Lewat Keringat

KOMPAS.com - Ternyata setiap keringat yang keluar dari tubuh saat olahraga mengandung informasi berharga mengenai kesehatan kita. Demikian hasil studi baru di jurnal Nature.

"Ada begitu banyak kimiawi dalam keringat. Setiap kimiawi itu mengandung informasi berbeda mengenai kesehatan kita," kata profesor teknik kimia dan ilmu komputer dari University of California, Berkeley, Ali Javey.

Dalam proyek yang dipimpin Javey di lab Berkeley, sebuah tim peneliti dari University of California, Berkeley dan Stanford University mengembangkan dan menguji sensor yang dapat terus menerus melacak suhu kulit dan empat penanda kesehatan penting dari keringat: sodium, potasium, glukosa dan laktat.

Kadar sodium dan potasium yang merupakan elektrolit itu adalah sinyal bahwa diri kita mengalami dehidrasi. Laktat dapat bercerita bahwa otot kita kelelahan.

Dalam studi tersebut peneliti menaruh sensor elektronik lekat yang memonitor kadar keempatnya di kulit 14 pria dan wanita. Mereka membawa gelang penahan keringat dan mengisinya dengan papan sirkuit fleksibel kecil yang mengarahkan data dari sensor ke aplikasi ponsel. Dari situ ilmuwan dapat memonitor keempat kadar tersebut.

Pria dan wanita itu memakai gelang penahan keringat dan sensor sambil melakukan berbagai olahraga seperti sepeda, atau lari dengan beragam waktu. Beberapa minum, yang lain tidak dan beberapa olahraga dilakukan di luar ruangan sementara yang lain berolah fisik di dalam ruangan.

Ilmuwan menemukan sensor bekerja hanya cukup dengan seperlima tetes keringat. Kelompok yang minum air tidak menunjukkan dehidrasi sementara yang tidak minum mengalaminya. Ilmuwan di situ mampu mengamati secara langsung dengan melihat konsentrasi sodium mereka.

"Kami dapat mengukur banyak hal yang normalnya diukur pada darah, standar emas untuk mendapat informasi mengenai kondisi klinis seseorang. Tetapi hal ini memberi kita kesempatan untuk membuat banyak sekali pengukuran," kata Ron Davis, salah satu peneliti dan profesor biokimia dan genetika serta direktur Stanford Genome Technology Center.

Periset berpendapat di masa depan mereka mampu mendapat lebih banyak informasi dari keringat. Mereka sedang mencoba meminimalkan jumlah keringat yang dibutuhkan untuk pengukuran akurat sehingga memungkinkan mengukur tanpa harus berolahraga.

Biosensor seperti ini dapat memiliki aplikasi medis ganda, termasuk diagnosa keracunan logam berat, memperingatkan seseorang bahwa ia menderita depresi parah dan memberi tahu tubuh sedang terkena infeksi.

"Kita akan melihat banyak sekali hal seperti ini di masa depan. Kami berusaha membuat pengobatan lebih murah dan lebih baik," kata Davis. "Beruntung National Institute of Health memandang serius hal ini dan ada banyak orang muda yang tertarik bagaimana melakukan hal ini," tambahnya.

Penulis : Kontributor Health, Dhorothea
Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : TIME.com

Mengapa Anak Demam Jangan Dikompres Air Dingin?

JAKARTA, KOMPAS.com - Kompres merupakan tindakan yang biasa dilakukan orangtua ketika anak demam. Namun, kompres tidak akan efektif menurunkan suhu tubuh anak jika menggunakan air dingin.

"Kalau badan panas, yang dianjurkan kompresnya hangat, bukan dingin. Diharapkan panas tubuh pindah ke situ," ujar dokter Melyarna Putri seusai acara peluncuran aplikasi "Berbagi Sehat" Lifebuoy di Jakarta, Kamis (28/1/2016).

Sejumlah orangtua memang sering kali salah kaprah dalam melakukan kompres. Beberapa orangtua diketahui mengompres anak yang demam dengan merendam kain ke dalam wadah air berisi es batu. Kain yang dingin itu kemudian diletakkan di dahi anak.

Melyarna menjelaskan, suhu tubuh memang akan berpindah dari yang tinggi ke suhu yang lebih rendah. Akan tetapi, kompres air dingin justru dapat menutup pori-pori sehingga menghambat berpindahnya suhu tubuh.

"Panas tubuh malah jadi enggak pindah. Kalau dingin juga bisa terjadi perpindahan suhu yang cepat, itu tidak baik," jelas dokter yang berpraktik di RS Kartika Husada, Bekasi, ini.

Kompres demam yang baik juga bukan diletakkan di dahi atau kening karena terhalang oleh tengkorak kepala. Kompres yang efektif seharusnya diletakkan di lipatan-lipatan, seperti ketiak agar panas keluar lewat pori-pori tubuh.

Jika panas tidak turun dengan cara kompres, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Adapun kompres dingin, lanjut Melyarna, lebih tepat dilakukan untuk masalah peradangan atau pembengkakan. Misalnya, kompres dingin saat anak terjatuh.
Penulis : Dian Maharani
Editor : Lusia Kus Anna

7 Cara Agar Ingatan Tetap Tajam

KOMPAS.com – Otak merupakan salah satu organ terpenting bagi manusia yang berfungsi sebagai pusat kendali tubuh. Seperti bagian tubuh lainnya, otak juga bisa mengalami penurunan fungsi. Untuk menghindari hal tersebut, ada beberapa cara sederhana yang dapat kita lakukan.

Berbagai cara ini juga dapat menjaga dan meningkatkan daya kerja otak.

1. Aktivitas fisik
Menurut Dr. Paul B. Rosenberg, profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins University School of Medicine dan Johns Hopkins Bayview Medical center, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat melindungi sel-sel otak.

Aktivitas fisik seperti aerobik lebih baik daripada non-aerobik. Lakukan latihan ini 30 menit setiap hari. Penelitian juga menunjukkan, orang yang terlalu banyak duduk memiliki penyusutan hipokampus dibanding orang yang rutin berolahraga.

2. Mengonsumsi minyak zaitun
diet mediterania tidak hanya melindungi jantung, tetapi juga otak. Relawan penelitian ini diminta secara khusus untuk mengonsumsi beberapa sendok minyak zaitun setiap harinya. Hasilnya, dalam tes yang mengevaluasi kecepatan berpikir, dia melakukannya dengan lebih baik.

3. Konsumsi ikan
Ikan merupakan sumber omega 3 yang juga baik untuk otak. Menurut studi observasi, makan ikan dua kali seminggu dapat memiliki efek positif pada struktur dan fungsi otak serta ini akan menunda timbulnya gejala penurunan fungsi otak.

4. Sering membaca dan menulis
Kemampuan mengingat dapat terjaga dengan sangat baik pada orang-orang yang sering membaca dan menulis.

5. Mengurangi minuman keras
Studi Neurology lain menemukan bahwa pria paruh baya yang mengonsumsi lebih dari dua setengah gelas alkohol seharinya dapat mempercepat proses kehilangan ingatannya hingga hampir enam tahun. Studi ini telah diikuti oleh 7.513 pria selama lebih dari satu dekade dan menguji ingatan mereka setiap empat tahun.

6. Mengontrol gula darah
diabetes dapat mempercepat proses penurunan kognitif. Sebuah laporan terbaru yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine menemukan bahwa orang dengan diabetes atau bahkan pra-diabetik pada usia 50-an lebih mungkin untuk mengalami penurunan kognitif dibandingkan dengan mereka yang mempunyai kadar gula darah yang sehat.

7. Tetap sibuk
Beberapa penelitian yang melihat pada mereka yang disebut "Super Agers", orang yang tetap memiliki kognitif tajam hingga usia tua, telah mengetahui bahwa rata-rata mereka mempunyai satu faktor yang sama, yakni aktif bergaul dan memiliki kehidupan sosial yang baik. (Gibran Linggau)

Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : The Huffington Post

Cangkok Ginjal Tak Bisa Sembarangan

JAKARTA, KOMPAS.com - Transplantasi ginjal merupakan tindakan mengganti ginjal seseorang yang sudah tidak berfungsi. Operasi tersebut sebaiknya dilakukan jika pendonor dan penerima merupakan keluarga dekat untuk memperbesar kecocokan.

Pemerintah sudah mengatur secara ketat transplantasi organ. Di Indonesia belum ada aturan hukum yang memperbolehkan jual beli organ.

"Prosedur cangkok ginjal ketat sekali. Orang yang mau mendapat ginjal, dan orang yang mau mendonorkan ginjal harus diteliti," terang Pelaksana tugas Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Chairul Radjab Nasution saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/1/2016).

Chairul menjelaskan, dalam prosedur transplantasi ginjal, dibentuk tim advokasi yang antara lain terdiri dari dokter psikiatri forensik, psikolog, hingga bagian komite etik dan hukum.

"Dari semua aspek dilibatkan. Benarkah dia mau memberikan ginjal? Dari aspek psikologi ditanya bagaimana kalau nanti ginjalnya satu. Dilihat bagaimana keikhlasannya," terang Chairul.

Tim advokasi akan melihat bagaimana hubungan darah antara donor ginjal dan penerima donor. Tim juga menelusuri identitas pendonor dan melihat motivasi seseorang mau mendonorkan ginjalnya.

Setelah lolos dari tim advokasi, pendonor akan menjalani pemeriksaan medis oleh tim dokter untuk menilai kecocokan ginjal dari pendonor dengan mengecek golongan darah, tipe organ, hingga ada tidaknya risiko reaksi infeksi.

"Terakhir, cocok enggak ginjalnya? Kalau sudah mau ngasih ginjal, tapi enggak cocok kan enggak bisa. Ada tes darah segala macam, ketat sekali," lanjut Chairul.

Chairul mengatakan, pendonor harus memberikan ginjal tanpa paksaan dan bukan karena motivasi uang. Ia menegaskan, jual beli ginjal tentu dilarang dan telah diatur dalam Undang-undang Kesehatan.

Hal senada dikatakan dikatakan Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) CH Soejono. Menurut dia, jika pihak rumah sakit menemukan kecurigaan dari calon donor, maka langsung ditolak.
Penulis : Dian Maharani
Editor : Lusia Kus Anna

Minum Air Hangat Lebih Sehat Ketimbang Air Dingin

KOMPAS.com - Cobalah kebiasaan baru ini, setiap kali Anda merasa haus, hindari konsumsi minuman dingin, tapi minum segelas air hangat sebagai gantinya.

Setelah mencobanya beberapa kali, Anda akan merasakan perbedaannya. Pasalnya, minuman hangat memiliki banyak manfaat kesehatan.

Salah satunya adalah, minuman dingin kemasan umumnya mengandung kalori yang tak dimiliki oleh air hangat. Sehingga, usaha untuk menurunkan berat badan akan lebih mudah tercapai dengan air hangat.

Selain itu, minuman dingin juga adiktif. Minuman dingin akan membuat Anda mengonsumsinya lagi dan lagi. Selain itu, air hangat jauh lebih murah. Anda tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk mendapatkannya.

Banyak hasil studi yang telah menyimpulkan bahwa minum air hangat lebih sehat ketimbang minum minuman lain, seperti minuman dingin bersoda. Berikut ini 8 alasan minuman hangat lebih baik untuk tubuh Anda.


1. Membuat berkeringat

Minuman hangat akan membuat Anda berkeringat dengan baik. Seperti yang kita tahu, berkeringat adalah salah satu proses penting tubuh.

Keringat membantu proses detoksifikasi tubuh, membersihkan pori-pori kulit, melancarkan peredaran darah, dan sebagainya. Ini semua takkan didapat jika Anda mengonsumsi minuman hangat.


2. Mencegah diabetes

Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi satu minuman dingin sehari sudah dapat membuat gula darah melonjak. Cobalah segelas air hangat dan Anda akan merasa lebih segar. diabetes pun akan menjauh.


3. Menjaga tubuh stabil

Air hangat akan membuat kondisi tubuh lebih stabil dan seimbang. Tak akan ada lonjakan kadar tertentu dalam tubuh, seperti yang bisa ditimbulkan oleh minuman dingin kemasan.


4. Menghangatkan tubuh

Ketika tubuh dalam kondisi kedinginan, Anda tentu tak akan memilih minuman dingin untuk menghilangkan dahaga bukan? Segelas air hangat atau secangkir teh jahe akan membuat tuh lebih hangat dan segar.


5. Meningkatkan metabolisme

Minum segelas air hangat baik untuk meningkatkan metabolisme tubuh. Bahkan, banyak studi yang mengatakan bahwa air hangat dapat merangsang titik-titik kenikmatan tertentu yang ada di otak.


6. Menjauhkan infeksi

Air hangat yang dinikmati sesaat setelah dimasak mendidih akan lebih aman untuk kesehatan tubuh, karena mikrooraganisme berbahaya dalam air telah terbunuh. Sehingga, risiko untuk terinfeksi pun jauh lebih minim.


7. Melancarkan pencernaan

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa minum air hangat saat makan ataupun setelah makan, dapat melancarkan pencernaan.

Inilah mengapa para ahli gizi sering menyarankan untuk mengonsumsi air hangat sebelum atau sesudah makan bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan.


8. Membuat gigi lebih sehat

Kebanyakan minuman dingin, apalagi minuman dingin kemasan tinggi gula sering menyerang gigi dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi dalam jangka panjang.

Berhenti mengonsumsinya dan menggantinya dengan minuman hangat, bisa menyelamatkan kesehatan dan kekuatan gigi Anda.



Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : Boldsky

Tes Sederhana untuk Mengetahui Risiko Penyakit Jantung

KOMPAS.com - Jika ingin tahu apakah jantung Anda sehat atau tidak atau Anda curiga ada yang tidak beres di dalam jantung sana, paling mudah adalah menjalani tes jantung yang sederhana dan menilai riwayat keluarga Anda.


Sekarang ini, ada alat tes X-ray snapshot dengan sistem komputerisasi. Alat ini dapat memberikan gambaran yang sangat rinci jantung dan pembuluh darahnya. Tapi, bagi kebanyakan orang, tes dengan alat sederhana sudah cukup  untuk memberi gambaran akurat kemungkinan adanya penyakit jantung.


Saat melakukan pemeriksaan, dokter akan bertanya tentang sejarah keluarga Anda. Jika ayah Anda menderita penyakit jantung sebelum usia 55, atau ibu Anda sebelum usia 65, berarti risiko Anda menjadi dua kali lipat.


Begitupun  jika sudah ada saudara yang telah didiagnosis dengan penyakit jantung dini, risiko Anda juga dua kali lipat dari saudara tersebut.


Dokter juga akan memerika tekanan dan gula darah Anda juga, karena diabetes dapat menggandakan risiko penyakit jantung.  Secara berkala, Anda akan memerlukan tes darah lipid Puasa untuk mengukur tiga jenis kadar lemak darah:

LDL (low-density lipoprotein), atau Kolesterol buruk, yang terbangun di dinding dalam pembuluh darah, menyebabkan penyumbatan.

HDL (high-density lipoprotein) membersihkan kelebihan Kolesterol dari arteri, membuangnya ke dalam hati.

Trigliserida, menyediakan energi tetapi juga menyebabkan masalah dengan membantu penebalan dinding arteri.


Setiap jenis  pengukuran di atas, penting. Begitu juga dengan kombinasi hasilnya. Sindrom metabolik, suatu kondisi di mana tubuh tidak bisa menangani insulin dengan baik akan menggandakan peluang Anda terkana penyakit jantung. Diagnosa didasarkan pada adanya faktor berikut:

Lemak di bagian perut

Trigliserida tinggi

HDL rendah

Tekanan darah tinggi

Gula darah tinggi



Pemeriksaan ekstra

Anda mungkin merasa baik-baik saja, namun khawatir tentang faktor risiko seperti Kolesterol tinggi atau riwayat keluarga. Banyak ahli mengatakan bahwa tes ekstra ini,  dapat memberikan informasi penting tentang risiko penyakit jantung Anda


1. Uji sensitivitas  C-reaktif protein: CRP adalah protein yang diproduksi oleh liver dalam menanggapi peradangan. Kadar CRP sama berpengaruhnya dengan kadar Kolesterol.

Tes darah sederhana dan relatif murah ini telah menjadi bagian dari standar evaluasi risiko. Hasil di atas 3 mg/dl dianggap berisiko tinggi, meskipun penyakit lain atau hanya kelebihan berat badan juga dapat meningkatkan kadarnya.

2. Indeks Ankle-brachial: Untuk tes ini, dokter memeriksa tekanan darah di lengan dan pergelangan kaki Anda. Jika tekanan di pergelangan kaki lumayan rendah, itu menunjukkan bahwa arteri mungkin tersumbat.

Ketika Anda berpikir tentang risiko sakit jantung, secara otomatis Anda akan berpikir tentang kadar Kolesterol. Itu sudah tepat. Tetapi jenis pemeriksaan yang lain juga penting dan dapat menjadi  kunci jika Anda ingin mengurangi risiko Anda.



Inilah angka-angka ideal yang seharusnya Anda dapatkan:

Total Kolesterol total: harus di bawah 200 miligram per desiliter (mg/dl).

Low-density lipoprotein (LDL): harus di bawah 100 mg/dl.

High-density lipoprotein (HDL): harus di atas 50 mg/dl untuk wanita, dan di atas 40 untuk laki-laki.

Trigliserida: harus di bawah 150 mg/dl. Gula darah Puasa harus di bawah 100 mg/dl.

Tekanan darah: harus tidak lebih tinggi dari 120/80 mmHg.

Indeks massa tubuh (BMI): tidak lebih tinggi dari 25. Jika BMI Anda lebih dari angka itu, risiko jantung meningkat 32 persen. Lebih dari 29 meningkat jadi 81 persen.

Lingkar pinggang: maks 80 cm untuk wanita Asia dan tidak lebih dari 90 cm untuk pria Asia.

Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : Reader's Digest

Mungkinkah Hidup Normal dengan Satu Ginjal?

KOMPAS.com — Ginjal merupakan salah satu organ vital dalam tubuh kita. Setiap manusia memiliki dua buah ginjal dan secara umum tidak akan ada masalah jika salah satu ginjal diberikan kepada orang lain. Meski begitu, ada beberapa kondisi yang dapat mengganggu fungsi ginjal tersebut.

Pencangkokan ginjal sudah dilakukan dalam dunia kedokteran sejak awal abad ke-20. Ginjal baru tentu akan mengembalikan fungsi ginjal penderita gagal ginjal.

Di Indonesia, cangkok ginjal dan juga kornea mata sudah rutin dilakukan. Hanya, kendala utamanya terkait donor.

Terungkapnya kasus transplantasi ilegal karena melibatkan jual beli organ ginjal menunjukkan masih lemahnya pengawasan dari pihak berwenang. Cangkok ginjal merupakan prosedur rumit dan juga penuh risiko.

Kualifikasi utama sebagai pendonor (memberikan organ) adalah dalam kondisi sehat tanpa ada masalah kesehatan yang dapat memberi risiko komplikasi selama atau setelah pembedahan.

Menurut penjelasan dr Ari Fahrial Syam, Sp PD (K), proses pemeriksaan harus dilakukan komperhensif, bukan hanya fisik, melainkan juga psikis.

"Terutama dilihat apakah seseorang yang akan mendonorkan ginjalnya tersebut benar-benar sehat, khususnya kesehatan ginjalnya," kata dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Operasi untuk memindahkan ginjal pendonor ke penerima saat ini juga bisa dilakukan lewat prosedur laparoskopi atau sayatan kecil di tubuh.

Walau pendonor bisa tetap hidup normal setelah satu ginjalnya diangkat, menurut Ari, kondisi kesehatan wajib dijaga.

"Ada beberapa kondisi yang bisa memperburuk kondisi ginjal seseorang, yaitu jika sakit diabetes dengan kadar gula tidak terkontrol, hipertensi, asam urat tinggi, serta mengonsumsi obat dan suplemen tidak sesuai petunjuk dokter," katanya.

Oleh karena itu, setelah mendonorkan ginjalnya, seseorang wajib menjaga gaya hidupnya, mulai dari menjaga pola makannya agar tidak sampai menderita diabetes atau tekanan darah tinggi.

"Olahraga teratur dan mengontrol berat badan adalah upaya penting untuk menghindari kedua penyakit itu," katanya.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah menghindari infeksi saluran kencing yang berulang akibat sering menahan kencing dan kurang minum.

"Pola hidup sehat untuk menjaga kesehatan ginjal ini bukan cuma bagi orang yang ginjalnya tinggal satu, melainkan juga untuk orang yang masih mempunyai dua ginjal," katanya.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Mafia Jual Beli Ginjal
Editor : Lusia Kus Anna

Kecanduan Media Sosial Tingkatkan Risiko Gangguan Tidur

KOMPAS.com - Kebanyakan orang saat ini tak bisa lepas dari ponsel pintar atau dikenal dengan smartphone. Smartphone membuat orang keasyikan membuka media sosial seperti, Facebook, Twitter, Path, dan Instagram.

Berdasarkan penelitian terbaru, bermain media sosial bahkan dapat mengganggu kualitas tidur Anda.

"Ini adalah bukti bahwa menggunakan media sosial benar-benar bisa memengaruhi tidur Anda," ujar peneliti, Jessica Levenson dari University of Pittsburgh School of Medicine seperti dikutip dari health.com.

Tim peneliti mengamati 1800 warga Amerika usia 19-32 tahun yang menggunakan media sosial. Mereka rata-rata dapat menghabiskan waktu 60 menit dalam sehari hanya untuk membuka media sosial atau 30 kali per minggu.

Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 30 persen dari mereka pun mengalami gangguan tidur.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Preventive Medicine itu pun menunjukkan, mereka yang sering menggunakan media sosial, tiga kali lebih berisiko mengalami gangguan tidur dibanding yang lebih jarang.

Mengapa kecanduan media sosial bisa menyebabkan gangguan tidur? Menurut peneliti senior Brian Primack, media sosial kadang bisa membuat penggunanya penuh emosi marah maupun senang ketika membahas sesuatu di media sosial. Bisa juga membuat lupa waktu karena keasyikan diskusi kontroversial yang dibahas di media sosial.

Sementara itu, mata yang sulit terpejam saat bermain media sosial diduga karena pancaran sinar dari layar smarthphone yang mengganggu irama sikardian tubuh.

Meski demikian, beberapa anak muda mengaku bermain media sosial untuk mengisi waktu ketika tidak bisa tertidur atau tidak bisa kembali tidur.

"Kesulitan tidur memang dapat menyebabkan penggunaan media sosial meningkat, yang pada akhirnya bisa menyebabkan masalah tidur lebih besar," kata Primack.

Menurut peneliti, rasanya dokter perlu bertanya pada pasien gangguan tidur, apakah sering bermain media sosial.
Penulis : Dian Maharani
Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : www.health.com

Kenali 6 Gejala Migrain

KOMPAS.com - Migrain yang berdenyut di kepala memang sangat mengganggu, bahkan menyakitkan. Aktivitas fisik pun dapat meningkatkan rasa sakit. Tapi tahukah Anda gejala migrain dapat bervariasi pada setiap orang?

Menurut Anne Calhoun, MD, partner and cofounder Carolina Headache Institute, di Chapel Hill, NC, pada pasien yang memiliki migrain, para ahli akan memperlakukan semua sakit kepala yang merasa rasakan sebagai potensi migrain.

Migrain terkadang sulit di bedakan dengan sakit kepala jenis lainnya. Berikut ini adalah cara untuk mengidentifikasi migrain pada diri kita:

1. Beberapa orang yang menderita migrain mengalami aura.

Biasanya dapat dirasakan melalui bentuk visual seperti cahaya benderang, titik-titik, atau garis-garis. "Anda mungkin melihat garis bergerigi kecil yang mengembang menjadi lintasan lalu bergerak melengkung," kata Dr Calhoun. Aura ini biasanya terjadi lima sampai satu jam, dengan 60 menit jeda sebelum sakit kepala muncul.

2. Depresi, mudah marah, atau kegembiraan.

Ternyata perubahan mood bisa menjadi tanda migrain. “Beberapa pasien akan merasa sangat tertekan atau tiba-tiba murung tanpa alasan," kata Dr Calhoun.

Data yang dipersentasikan oleh American Academy of Neurology pada tahun 2010 menunjukkan, depresi sedang atau berat meningkatkan risiko migrain episodik menjadi kronis.

3. Kurang nyenyak ketika tidur.

Lelah saat bangun atau kesulitan untuk tidur adalah masalah umum pada penderita migrain. Saat migrain menyerang, sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak.

"Banyak orang menderita insomnia sebagai akibat migrain mereka," kata Edmund Messina, MD, direktur medis dari Headache Clinic Michigan, di East Lansing. Ketidakmampuan untuk tidur ini dapat menjadi awal dari lingkaran setan. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur juga dapat memicu migrain.

4. Hidung tersumbat atau mata berair.

MenurutDr. Messina, beberapa orang dengan migrain memiliki gejala sinus, seperti hidung tersumbat, kelopak mata turun dan mata berair. Suatu penelitian yang didanai oleh GlaxoSmithKline menemukan 90% orang-orang yang mengeluh sakit kepala karena sinus, memiliki migrain.

5. Mengidam.

Beberapa orang akan menginginkan makanan tertentu (seperti mengidam), sebelum serangan migrain terjadi. Menurut Dr. Messina, biasanya yang diinginkan mereka adalah cokelat.

6. Berdenyut pada satu atau kedua sisi kepala.

Rasa sakit, nyeri, dan berdenyut adalah tanda klasik pada migrain. Rasa denyut yang disertai nyeri paling sering dirasakan pada satu sisi kepala.

Dalam sebuah survei online, National Headache Foundation menemukan 50% pasien migrain mengaku “selalu” berdenyut di salah satu sisi saja, sementara 34% mengaku “sering kali” mengalami gejala ini.

Editor : Bestari Kumala Dewi
Sumber : Intisari Online

Meninggal Mendadak Setelah Olahraga, Apa Sebabnya?

KOMPAS.com — Beberapa kali kita pernah mendengar kasus seorang atlet yang meninggal mendadak setelah melakukan latihan olahraga. Padahal, anggapan umum terhadap atlet adalah orang yang sehat. Lantas kenapa mereka bisa meninggal secara mendadak?

Salah satu penyebab kematian mendadak pada atlet adalah berhentinya kerja jantung secara tiba-tiba. Kejadian tersebut dipicu oleh olahraga dengan intensitas tinggi yang dilakukan dalam waktu lama.

Dokter konsultan jantung dan elektrofisiologis Jeremy Chow menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang bisa mengalami kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD). Berikut di antaranya.

1. Kelainan jantung kongenital
Kelainan jantung kongenital merupakan kondisi cacat pada jantung atau dikenal juga dengan kelainan bawaan. Kondisi ini sudah ada sejak seorang individu dilahirkan. Umumnya seseorang yang mengalami kelainan jantung kongenital tidak dapat hidup lama, kecuali mendapat tindakan operatif pada jantungnya.

2. Kelainan otot jantung
Kondisi ini bisa berupa hipertropi (pembesaran) otot jantung yang berakibat dari gagalnya jantung untuk berfungsi secara normal. Chow mengatakan, 80 persen SCD disebabkan oleh kondisi ini.

"Ini merupakan faktor genetik sehingga tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya," ujar dokter dari Asian Heart & Vascular Centre, Gleneagles Medical Centre, Singapura, dalam sebuah wawancara Selasa (29/4/2014) di Jakarta.

3. Aritmia
Aritmia dikenal juga sebagai gangguan irama jantung. Kondisi ini disebabkan oleh permasalahan kelistrikan jantung. Saat terjadinya aritmia, detak jantung bisa terjadi sangat lambat bahkan berhenti. Inilah yang menyebabkan kematian.

4. Abnormalitas arteri jantung
Gangguan ini berupa adanya penyumbatan pada arteri ke jantung sehingga mengakibatkan fungsi jantung yang terganggu. Abnormalitas arteri juga bisa berarti kelainan pada letak maupun cabang dari arteri.

5. Infeksi atau inflamasi
Virus atau bakteri bisa menginfeksi organ-organ dalam tubuh manusia, termasuk jantung. Infeksi menyebabkan inflamasi atau peradangan di jantung yang memicunya tidak berfungsi dengan baik.

"Dengan memiliki salah satu faktor di atas, seseorang memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami SCD. Bahkan, di usia muda, di bawah 40 tahun, mereka bisa mengalaminya, terutama saat melakukan olahraga dengan intensitas tinggi dalam waktu panjang," ujar Chow.

Tak bergejala

Chow menegaskan, SCD berbeda dengan serangan jantung meskipun sama-sama menyebabkan jantung gagal berfungsi dan berujung pada kematian. SCD, kata dia, umumnya tidak bergejala, tidak seperti serangan jantung.

"Biasanya, saat mengalami serangan jantung, ada rasa nyeri di dada yang menjalar dan orang bisa bertahan beberapa waktu. Namun, pada SCD, kematian bisa langsung terjadi saat itu juga dan sayangnya tidak ada gejala," ujarnya.

Serangan jantung kebanyakan disebabkan oleh penyakit jantung yang berlangsung kronik dalam waktu lama. Misalnya, penumpukan plak di pembuluh darah yang mempersempit pembuluh darah bisa menyebabkan serangan jantung jika sudah tersumbat. Ini berbeda dengan SCD, yang kebanyakan faktor pemicunya merupakan bawaan atau faktor genetik.

Penulis : Unoviana Kartika
Editor : Lusia Kus Anna

Lebih Aktif Bergerak Cegah Kanker

KOMPAS.com — Kebiasaan malas bergerak atau gaya hidup tidak aktif (sedentary) berkaitan secara langsung terhadap kanker. Obes yang tidak aktif bergerak juga secara tidak langsung berisiko terkena kanker. Namun, kanker masih bisa dicegah dengan mengubah kebiasaan berbekal motivasi yang kuat.

Grace Judio-Kahl, dokter pemerhati gaya hidup serta ahli fisiologi, mengatakan, ada penelitian yang menunjukkan kebiasaan tidak banyak bergerak ada kaitannya dengan kanker usus besar. Namun, memang belum ada penjelasan mengenai seperti apa hubungan antara kanker dengan sedentary.

"Sesuatu tersebut disalahkan penyebab kanker dilihat dari data, dari kebiasaan dan beberapa kasus yang tinggi. Data dari orang yang sudah terkena kanker lalu dilihat bagaimana gaya hidupnya," ungkap Grace saat dihubungi Kompas Health, Sabtu (8/2/2014).

Menurut Grace, 60 persen orang yang menjalani gaya hidup sedentary terkena kanker usus besar.

Sementara itu, penderita obesitas dengan pola makan buruk dan tidak aktif bergerak cenderung terkena kanker tertentu seperti prostat, usus, payudara, dan uterus.

"Yang harus disalahkan obesitasnya. Lemak mengeluarkan protein yang memicu berbagai penyakit. Kelebihan makanan yang ditimbun dalam perut, kalau sel lemaknya sakit, bisa mengeluarkan berbagai penyakit," terang behaviour scientist dan weight control consultant ini.

Pencegahan
Hidup aktif menjadi cara yang umumnya disarankan untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit termasuk kanker. Namun, menurut Grace, hidup aktif harus disertai motivasi ekstra.

"Meskipun disarankan gaya hidup aktif, kalau tidak termotivasi, tidak punya tujuan besar, gaya hidup aktif akan sementara saja," tuturnya.

Motivasi kuat menjadi langkah awalnya diikuti aktivitas fisik dan olahraga yang konsisten.

Cara paling mudah yang bisa dilakukan pelaku gaya hidup sedentary adalah sesering mungkin melakukan aktivitas fisik sederhana. Paling gampang, jangan duduk lebih dari 30 menit.

"Kalau sudah 30 menit duduk, berdiri lima menit," saran Grace.

Cara sederhana lainnya, lanjut Grace, pilih naik tangga di kantor ketimbang naik lift. Saat ada keperluan dengan rekan kerja di kantor, temui langsung dengan berjalan kaki bukan mengirim pesan singkat. Kalau bisa mengerjakan berbagai hal sendiri, jangan menyuruh orang lain, agar lebih aktif bergerak. Akan lebih baik jika bisa meluangkan waktu berolahraga 20 menit, dua hingga tiga kali seminggu.

Sementara untuk penderita obesitas, disarankan banyak bergerak dan olahraga dengan frekuensi dan intensitas lebih tinggi.

"Sasarannya adalah menjadi tidak obes, mengimbangi kalori masuk dan kalori keluar. Jadi sebanyak mungkin harus bergerak," ungkap Grace.

Untuk pola olahraga, penderita obesitas sebaiknya melakukan kardio 1-2 jam. Ditambah latihan resistansi atau latihan beban untuk meningkatkan massa otot sehingga metabolisme meningkat dan kalori mudah terbakar.


 

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Hari Kanker Dunia
Penulis : Wardah Fajri
Editor : Wardah Fajri

Selalu Lelah? Bisa Jadi Ini Masalahnya!

KOMPAS.com - Ternyata minum dua cangkir kopi sehari bermanfaat menjaga kesehatan liver atau hati. Konsumsi teratur kopi menurunkan risiko sirosis hati hingga 44 persen.

Peneliti dari University of Southampton mereview sembilan studi jangka panjang yang melibatkan hampir setengah juta pria dan wanita dari enam negara. Periset menemukan mereka yang minum dua cangkir kopi setiap hari cenderung tidak menderita sirosis hati atau meninggal karena penyakit itu.

Sirosis hati adalah kondisi hati yang terluka karena paparan racun dari alkohol atau karena infeksi hepatitis C. Penyakit ini dapat bersifat fatal karena menyebabkan gagal liver dan kanker.

Lebih dari satu juta orang meninggal di seluruh dunia setiap tahun gara-gara penyakit ini. Musisi Jimi Hendrix adalah salah satu selebriti yang meninggal karena sirosis hati.

Peneliti menyimpulkan, meneguk dua cangkir kopi sehari berhubungan dengan penurunan hampir separuh risiko sirosis hati. Menurut peneliti, hal ini lumayan besar dibandingkan dengan obat-obatan yang digunakan untuk mencegah penyakit. Misalnya, obat statin yang hanya menurunkan risiko penyaki jantung hanya 25 persen.

"Penemuan ini penting mengingat tingginya kejadian penyakit liver, interaksi positif antara alkohol dan obesitas dengan risiko penyakit hati serta kurangnya pengobatan khusus untuk mencegah penyakit hati," kata peneliti dalam laporan tersebut.

Studi tersebut diterbitkan di jurnal sains Alimentary Pharmacology and Therapeutics.

Kopi dikenal mengandung ribuan senyawa, banyak di antaranya aktif secara biologis dan mungkin memengaruhi kesehatan manusia. Di dalamnya termasuk asam klorogenik, melanoid dan petacylcic diterpenes, kahweol dan cafestol.

Efek biologis kopi itu berupa stimulasi sistem saraf sentral dari kafein, peredaman stres dan inflamasi serta antikarsinogenesis.

"Kopi banyak dikonsumsi di seluruh dunia dan efek kesehatannya sudah diteliti secara luas. Dalam konteks penyakit liver, kopi tampaknya memiliki sejumlah efek perlindungan," tulis laporan tersebut.

"Studi pada hewan dan studi observasional pada manusia menemukan konsumsi kopi menurunkan frekuensi ketidaknormalan fungsi hati, fibrosis, sirosis dan HCC," simpul laporan itu.

Di samping itu ditemukan dalam percobaan acak terkontrol pasien dengan hepatitis C yang minum lebih banyak kopi memiliki kadar serum enzim hati yang lebih rendah.

Penulis : Kontributor Health, Dhorothea
Editor : Lusia Kus Anna
Sumber : Daily Mail

Penyebab Gusi Selalu Berdarah Setelah Menggosok Gigi

By Melodiaon 05 Feb 2016 at 09:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda selalu meludahkan darah setiap habis bersikat gigi, kemungkinan Anda memiliki masalah pada gusi. Penyakit ringan pada gusi-atau gingivitis-adalah awal dari kemunculan kronis plak akibat bakteri dan karang pada gigi yang hanya bisa dihilangkan oleh dokter gigi, seperti dilansir dari Men’s Health, Jumat (5/2/2016).

Bagaimana penyakit gusi bertambah parah

Semakin lama Anda membiarkan plak pada gigi, akan semakin banyak pembengkakan dan peradangan yang ditimbulkan di sekitar gusi. Hal sederhana seperti menggosok gigi akan menyebabkan iritasi pada gusi bengkak Anda, dan membuatnya berdarah.

Masalahnya kebanyakan pria tidak mengetahui mereka memiliki gingivitis karena memang normalnya hal tersebut tidak menimbulkan sakit sampai keadaan menjadi lebih buruk.

BACA JUGA
Perhatikan 5 Cara Ini Saat Membersihkan Gigi
10 Kebiasaan yang Merusak Gigi
Cara Mudah dan Murah Atasi Gusi Berdarah Saat Gosok Gigi
Jika gingivitis dibiarkan tanpa perawatan, hal tersebut bisa berubah menjadi kondisi periodontitis, ujar penasihat Men’s Health, Mark S. Wolff, D.D.S. Anda bukan saja bisa mengalami gigi yang goyang, namun juga bisa menyebabkan gigi terlepas, atau lebih buruk lagi gigi Anda harus disingkirkan.

Hal tersebut juga bisa mempengaruhi mulut Anda. Penyakit gusi dihubungkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke juga, menurut lembaga National Institute of Dental and Craniofacial Research.

Bagaimana menjaga gigi dan gusi Anda tetap sehat

Satu cara untuk menghindari gingivitis adalah menjaga kebersihan mulut. Anda harus menggosok gigi dua kali dalam sehari dan membersihkannya dengan benang floss setiap malam untuk mencegah pembentukan plak.

Terdengar seperti nasihat yang sederhana memang, namun Anda akan terkejut ketika mengetahui betapa mudah merusak gigi dan gusi Anda.

Buatlah janji kunjungan dengan dokter gigi Anda. Dr. Wolff menjelaskan, orang dengan gusi berdarah atau dengan gigi berlubang-sakit gigi, nyeri ketika Anda memakan makanan dingin atau panas, atau nyeri ketika Anda menggigit-harus mendapatkan perawatan kebersihan setiap 3 bulan.

Pembentukan plak-sebagai penyebab penyakit gusi-juga dapat membuat gigi berlubang.

"Jika Anda memang tidak memiliki gejala-gejala tersebut sekarang, namun memiliki masalah gigi berlubang sebelumnya, Anda harus mengunjungi dokter gigi setiap 6 bulan atau paling tidak sekali dalam setahun," tutup Dr. Wolff.

Gejala Awal Kanker Paru-paru Sering Terjadi

Hari Kanker Sedunia 2016

By Aditya Eka Prawiraon 05 Feb 2016 at 13:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kanker tidak lagi merenggut nyawa individu usia tua. Orang-orang muda berumur 30 tahun saja tidak sedikit yang meninggal dunia akibat kanker.

Data organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut, 8,2 juta nyawa penduduk dunia melayang akibat kanker. 4,7 juta laki-laki dan 3,5 juta perempuan. Guna mengurangi angka-angka itu, WHO dan para peneliti menganjurkan kita untuk mengenali gejala utama dari penyakit paling menakutkan ini.

BACA JUGA
Kanker Paru Bisa Dideteksi dengan Thermometer
Hari Kanker Paru Sedunia 2015, Cegah Penyakit Tanpa Rokok
12 Jenis Kanker Intai Para Perokok

Cancer Research di London mencontohkan gejala pada kanker paru-paru. Sebagian besar kanker satu ini tidak menimbulkan gejala apa pun. Tanpa disadari kanker telah menyebar terlalu jauh, akhirnya susah disembuhkan.

Namun, mereka mengingatkan, gejala memang terjadi pada beberapa orang di tahap awal kanker paru-paru. Seperti dikutip dari situs Daily Mail, Jumat (5/2/2016), batu yang tidak hilang atau perubahan batuk menjadi kronis dapat menjadi indikasi awal penyakit ini.

Selain itu, nyeri dada akibat batuk, napas yang sulit, suara serak, batu berdarah adalah tanda-tanda peringatan dini.