Alamat

Office : Jl Susukan Raya No. 15A Desa Susukan Bojonggede - Bogor Tlp : 021 87982805 BBM : 552C988E Contact Person Bayu Syahrezza : +628991551947

Senin, 16 April 2012

Tipe-tipe Karakter Manusia










KARAKTER MELANKOLIS/PELINDUNG



Ciri-ciri:

* Analitis, mendalam, dan penuh pertimbangan

* Serius dan bertujuan, serta berorientasi kepada jadwal

* Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis)

* Sensitif

* Mau mengorbankan diri untuk orang lain

* Sedikit idealis

* Memiliki selera tinggi dan perfeksionis

* Senang perincian dan merinci sesuatu, tekun, serba tertib, dan teratur (rapi)

* Hemat

* Memandang suatu permasalahan dan mencari solusi pemecahan kreatif (malah terlalu kreatif)

* Jika sudah dimulai, harus dituntaskan.

* Berteman dengan hati-hati.

* Merasa puas di belakang layar dan suka menghindar dari perhatian publik.

* Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi

* Sangat memperhatikan keadaan orang lain




Kekurangan:
* Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan)


* Suka mengingat-ingat yang negatif dan pendendam

* Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah

* Lebih menekankan kepada cara daripada tercapainya tujuan

* Mudah tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah

* Menghabiskan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan (jika.. apabila.. apakah..)

* Memiliki standar yang terlalu tinggi sehingga sulit merasa terhibur

* Hidup berdasarkan definisi

* Sulit bersosialisasi

* Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik atau hal yg menentang dirinya

* Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang)

* Memiliki rasa curiga yg cukup besar (skeptis terhadap pujian)

* Membutuhkan persetujuan orang lain (perlu diyakinkan) terhadap apapun yang dikerjakannya





KARAKTER SANGUIN/ARTISAN


Ciri-ciri:

* Gemar berbicara

* Emosional dan demonstratif

* Antusias dan ekspresif

* Ceria dan penuh rasa ingin tahu

* Mengikuti perkembangan jaman

* Berhati tulus dan kekanak-kanakan

* Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara)

* Umumnya hebat di publik

* Mudah berteman dan menyukai orang lain

* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian

* Menyenangkan dan dicemburui orang lain

* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)

* Dapat mengambil inisiatif dan menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan

* Menyukai hal-hal yang spontan




Kekurangan:
* Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)

* Membesar-besarkan suatu hal yang sepele

* Susah diam

* Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka terjebak tuntutan lingkungan sosial)

* Sering meminta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele

* Rentang konsentrasi pendek

* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)

* Mudah berubah-ubah

* Susah datang tepat waktu jam kantor

* Prioritas kegiatan kacau

* Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas

* Sering terlalu peduli terhadap permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya

* Egoistis

* Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama

* Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/how to save money”.







KARAKTER KOLERIS/IDEALIS




Ciri-ciri:
* Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif


* Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan

* Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran atau target

* Bebas dan mandiri

* Berani menghadapi tantangan dan masalah

* “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini”.

* Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat

* Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas

* Merancang dan menentukan tujuan

* Terdorong oleh tantangan dan tantangan

* Merasa tidak begitu perlu teman

* Suka memimpin dan mengorganisasi

* Biasanya selalu benar dan mempunyai visi ke depan

* Memiliki solusi unggul dalam keadaan darurat




Kekurangan:
* Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)

* Senang memerintah

* Terlalu bergairah dan tidak santai

* Menyukai kontroversi dan pertengkaran

* Terlalu kaku dan keras hati

* Tidak menyukai air mata dan emosi (tidak simpatik)

* Tidak suka hal-hal yang sepele dan bertele-tele

* Sering membuat keputusan tergesa-gesa

* Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain

* Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan

* Workaholic

* Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf

* Mungkin selalu benar tetapi tidak begitu berpengaruh





KARAKTER PLEGMATIS/RASIONALIS


Ciri-ciri:

* Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh

* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik

* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana

* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi)

* Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi

* Penengah masalah yg baik

* Cenderung berusaha menemukan cara termudah

* Mampu bekerja dengan baik di bawah tekanan

* Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan

* Senang meninjau, mengamati, dan mengawasi

* Berbelaskasihan dan peduli

* Mudah diajak rukun dan damai




Kekurangan:
* Kurang antusias, terutama terhadap perubahan atau kegiatan baru


* Cenderung takut dan khawatir dalam mengambil keputusan

* Menghindari konflik dan tanggung jawab

* Keras kepala, sulit berkompromi (karena merasa benar)

* Terlalu pemalu dan pendiam

* Rasa humornya kering dan mengejek (Sarkastis)

* Kurang berorientasi kepada tujuan

* Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri

* Lebih suka menjadi penonton daripada menjadi yang terlibat dalam suatu permasalahan

* Tidak suka didesak

* Suka menunda-nunda atau menggantungkan masalah.

jangan menunda




  


Dalam bahasa keuangan keluarga, “waktu adalah uang”. Bila Anda menunda keputusan keuangan yang harus diambil maka hal ini bisa merusak Anda tapi bila Anda melakukannya lebih dini, hal ini bisa memberikan kesejahteraan. Benar begitu? Semua keputusan ada di tangan Anda.

Ric Edelman, perencana keuangan andal dari Amerika, menyebutkan dalam bukunya yang bertajuk The Truth about Money, sedikitnya ada empat masalah utama yang membuat orang gagal menciptakan kehidupan yang sejahtera sebagaimana mereka harapkan, yakni:



1. Sikap suka menunda-nunda (procrastination);

2. Kebiasaan menghabiskan (spending habits);

3. Inflasi yang terus meningkat (inflation); dan …

4. Pajak (taxes)

Dua hal pertama yang disebutkan Edelman lebih merupakan masalah personal/pribadi, sementara dua hal lainnya boleh dikatakan sebagai masalah “sosial”. Atau dapat juga dikatakan bahwa dua hambatan pertama merupakan faktor “internal”, sementara dua yang lainnya bersifat “eksternal”.

Faktor “internal” harus diatasi dan diselesaikan pada level personal. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan, merupakan faktor utama tidak tercapainya kehidupan sejahtera di masa datang. Menunda perencanaan keuangan guna mempersiapkan biaya-biaya pendidikan anak, misalnya, dapat berdampak buruk kalau dilihat dalam jangka panjang. Akibatnya, anak-anak yang kita cintai mungkin saja akan kehilangan kesempatan untuk dapat menikmati proses pembelajaran di lembaga-lembaga yang bermutu baik karena keterbatasan biaya. Dalam hal persiapan dana pensiun juga sama. Mereka yang tidak mempersiapkannya jauh-jauh hari––idealnya dalam rentang waktu 30-40 tahun sebelum masa pensiun itu––boleh jadi akan menyusahkan pihak lain (baik keluarga maupun pemerintah) di masa mendatang.

Berbeda dengan faktor “internal” yang lebih merupakan tanggung jawab pribadi, faktor “eksternal” berkaitan dengan kondisi sosial dan perekonomian suatu negara. Tidak banyak orang yang dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan mengatur soal perpajakan dalam suatu negara. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor poleksosbudhankam yang sangat kompleks yang bahkan bisa melampaui kemampuan suatu pemerintahan karena hubungan-hubungan dalam skala regional sampai internasional-global. Yang mungkin dapat dilakukan oleh orang perseorangan dalam mengatasi hal ini adalah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan muncul dengan menarik pelajaran dari sejarah masa lalu. Artinya, sekalipun inflasi dan pajak tidak dapat kita kontrol, namun kita tetap dapat menentukan sikap pribadi terhadap hal-hal tersebut.



Biaya mahal yang harus dibayar!

Waktu adalah faktor terbesar dalam menentukan nilai uang. Sebut saja, Anda menabung sebesar Rp10 juta dengan bunga 8 persen per tahun/net. Dalam satu tahun ke depan tentunya Anda akan mengharapkan nilai investasi Anda akan lebih besar dari Rp10 juta atau nilainya bertumbuh menjadi Rp10.800.000. Bila Anda menyimpannya di bawah bantal, maka nilai Rp10 juta akan tetap bernilai Rp10 juta satu tahun mendatang. Malah mungkin berkurang karena adanya inflasi.

Temuan paling penting dalam sejarah keuangan adalah bunga majemuk (compound interest). Prinsip bunga majemuk adalah, hasil bunga yang didapat dari investasi akan ditambahkan kembali ke investasi awal dan dibungakan kembali. Jadi hasil yang akan Anda peroleh dalam tahun-tahun mendatang bukan hanya dari investasi awal yang Anda tempatkan tapi juga dari bunga yang dihasilkan selama uang itu diinvestasikan.

Mari kita lihat perhitungan yang sebenarnya. Seperti contoh di atas, bila Anda menabung sebesar Rp10 juta dengan bunga 8 persen per tahun/net. Satu tahun ke depan nilainya bertumbuh menjadi Rp10.800.000. Anda terus menginvestasikannya. Begitu tahun kedua berjalan, maka Anda akan mendapatkan 8 persen keuntungan lagi tapi bukan dari nilai Rp10 juta tapi dari nilai Rp10,800,000 atau di akhir tahun kedua nilai ivestasi Anda akan bertambah menjadi Rp11,664,000. Semakin panjang masa investasi maka nilai investasi Anda juga akan bertambah sejalan dengan perhitungan bunga berbunga.

Berapa pun tingkat suku yang Anda peroleh dari investasi yang dilakukan, waktu akan memberikan tingkat pengembalian yang luar biasa. Tapi dengan tingkat suku bunga lebih tinggi satu poin saja, nilai keutungan yang mungkin diperoleh akan jauh bertambah.

Andi berusia 25 tahun, Tuti 35 tahun, dan Anto 45 tahun. Masa pensiun bagi mereka adalah diusia 55 tahun. Lihat perkembangan investasi yang mereka lakukan setiap bulan sejumlah Rp1 juta dengan tingkat suku bunga 8 persen. Dalam kehidupan nyata, pajak berpengaruh dan menurunkan jumlah keuntungan yang bisa Anda peroleh.

Jelas terlihat dari tabel di atas, harga yang harus dibayar akibat kebiasaan menunda sangat mahal. Bila Anda menunda 10 tahun (usia Anda saat ini 25), dengan nilai investasi Rp100 juta dan asumsi bunga 6 persen, di usia 55 tahun, Anda hanya memperoleh dana sekitar Rp320 juta. Bila tidak menundanya Anda bisa memperoleh sekitar Rp574 juta.



Satu-satunya tindakan yang harus Anda ambil adalah melakukan perencanaan keuangan keluarga yang menyeluruh sekarang. Jangan tunda lagi, berapapun usia Anda saat ini. Karena menunda keputusan seputar keuangan keluarga harus dibayar mahal di masa datang.

Take action, now…!!
Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.

Sekarang ini banyak selogan yang dikeluarkan oleh banyak orang yang topiknya seolah membius kita: “Stop Dreaming Start Action“. Saya mengatakan bahwa slogan itu sepenuhnya tidak benar. Mengapa? Coba kita bayangkan, segala sesuatu yang Anda jalani saat ini adalah tidak lepas dari ‘dream’ atau mimpi Anda entah beberapa tahun yang lalu kan? Sejarah pesawat terbang yang menjadi angkutan favorit saat ini berawal dari sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Thomas Alfa Edison juga menemukan bolam lampu dari mimpi besar dia untuk menerangi dunia.

Jadi totally kita semua harus tetap memupuk mimpi-mimpi besar kita untuk membuat perubahan yang membantu terwujudnya dunia yang lebih maju dan bermanfaat bagi orang banyak.



Jadi dua cara untuk untuk menjalani kehidupan ini dan keduanya benar.



1. Dengan penuh keajaiban karena kita menyerahkan totally kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan



2. Dengan biasa-biasa saja, karena yaaa… memang beginilah kehidupan ini.



Dan semua orang jika ditanya, mereka justru akan memilih nomor 1, karena secara fitrah (suci) kita semua adalah ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu dekat denngan-Nya.



Jadi, mari kita jalani kehidupan ini dengan penuh ajaib, dengan selalu bersyukur setiap apa yang kita dapatkan.

Hati-hati terhadap Perfeksionisme

Bila kita sekarang adalah seorang yang diberi kepercayaan untuk menangani sesuatu, maka ada kecenderungan bagi kita untuk melakukannya dengan sempurna. Dan, bila menjadi manajer, kita juga cenderung akan berpikir bagaimana caranya agar para bawahan kita pun melakukan sesuatu dengan sempurna. Idealnya demikian. Tapi, hati-hatilah dengan perefeksionisme, sebab ada kemungkinan bisa merusak karier kita...

Wikipedia Bahasa Indonesia menyebutkan,

Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna, mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.

Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detil suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif , sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit dan suka menunda. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk, website atau konten terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.

Saat bekerja, seorang perfeksionis cenderung menunda-nunda sesuatu pekerjaan, karena memang dia melihat dan memperhatikan segala sesuatu dari pekerjaan tersebut secara seksama dan detil. Semuanya harus sempurna, sesuai dengan keinginannya. Dan, obsesi itu menjadikan kesempurnaan menjadi beban pikiran yang membuatnya lebih letih daripada kerja tanpa perfeksionisme. Kecemasan dirinya tentang sesuatu juga akan membuatnya semakin tegang daripada orang yang bekerja tanpa perfeksionisme.

Memang hal inilah yang banyak terjadi, khususnya dalam dunia bisnis dan juga manajerial. Perfeksionisme memang sangatlah bagus bila diterapkan dalam beberapa hal yang menghajatkan kesempurnaan seperti saat memprogram komputer atau beberapa pekerjaan lainnya, tapi bukan dalam semua pekerjaan. Justru, kalau ada seorang perfeksionis menerapkan perfeksionisme ke dalam semua pekerjaan, bahkan pekerjaan yang tidak membutuhkan kesempurnaan, justru yang akan terjadi adalah terlalu banyak buang sumber daya yang kita miliki, baik sumber daya energi, hingga sumber daya dana. Itulah yang saya anggap sebagai hal yang harus diwaspadai dari perfeksionisme sebagai pembunuh karier...

Sebagian besar perfeksionis itu adalah mereka yang takut dari sebuah "kegagalan". Kegagalan, dalam kamus mereka adalah sebuah ketidaksempurnaan. Dan, ketidaksempurnaan itu berarti kehancuran. Dan, karena memang mereka sangat takut terhadap kejatuhan ke dalam jurang ketidaksempurnaan, mereka akhirnya tidak dapat berbuat banyak. Akhirnya, mereka cenderung tidka menghargai diri mereka sendiri, dan banyak yang tidak menghargai kritik, meskipun kritik itu adalah konstruktif sifatnya. Bahkan banyak yang mengakhiri hidup mereka dengan membunuh diri mereka. Na`ûdzu bi-l-llâhi min dzâlika...

Ingatlah selalu, bahwa salah satu sifat makhluk hidup adalah kemampuannya untuk bertahan hidup dengan beradaptasi dengan lingkungan. Saat tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, maka dengan demikian dia pun mengingkari kesuksesan potensial yang ada di dalam dirinya. Dan, meskipun hal itu dimiliki oleh seorang perfeksionis, maka, apa yang saya alami dahulu, adalah kekakuan dalam melakukan sesuatu. Sinis. Dingin. Tidak fleksibel. Dan, yang paling parah adalah menjadi budak kesuksesan. Suatu hal yang sangat kurang baik.

Karena itu, kuncinya adalah dengan menerima segala sesuatu apa-adanya dengan tanpa paksaan. Terimalah fakta bahwa kita adalah manusia yang tidak pernah sempurna. Teirmalah fakta bahwa apapun yang kita kerjakan pasti memiliki celah yang dimanfaatkan. Terimalah fakta bahwa kita adalah manusia yang harus terus hidup dengan beradaptasi dengan lingkungan...

Allâhu a`lamu bi-s-shawâbi