Alamat

Office : Jl Susukan Raya No. 15A Desa Susukan Bojonggede - Bogor Tlp : 021 87982805 BBM : 552C988E Contact Person Bayu Syahrezza : +628991551947

Selasa, 19 Juli 2016

Queen Marah Lagu "We Are The Champions" Dipakai di Konvensi Partai Republik

Rabu, 20 Juli 2016 | 07:02 WIB

KOMPAS.com - Donald Trump naik ke panggung Konvensi Nasional Partai Republik dengan iringan lagu "We Are The Champions" milik Queen, Senin (18/7/2016).

Hal itu membuat pihak Queen marah. Melalui akun Twitter-nya, Selasa (19/7/2016), Queen  menyatakan bahwa pihak Trump tidak pernah meminta izin untuk menggunakan lagu itu.

"An unauthorised use at the Republican Convention against our wishes – Queen," kata Queen melalui Twitter.

Pihak label Queen, Sony/ATV Music, juga menegaskan protes tersebut melalui pernyataan resmi kepada majalah People.

"Sony/ATV Music tidak pernah diminta izin oleh pihak Mr Trump, tim kampanye Trump, atau Trump Organization, untuk penggunaan lagu 'We Are the Champions'," demikian penjelasan Sony, Selasa.

"Atas nama band Queen, kami menyatakan keberatan atas berulangnya penggunaan tanpa lagu tersebut setelah permintaan sebelumnya untuk tidak lagi menggunakan lagu itu, yang jelas tidak diindahkan Trump dan tim kampanyenya."

Sony/ATV Music menegaskan, Queen tidak ingin musiknya dikaitkan dengan debat politik apa pun dan di negara mana pun.

"Queen juga tidak ingin "We Are the Champion' digunakan untuk mendukung Trump dan pandangan politik Partai Republik," lanjut Sony/ATV Music.

"Kami percaya dan berharap Trump dan timnya menghormati keinginan kami ke depannya."

Ini bukan kali pertama Queen memprotes pihak Donald Trump atas penggunaan lagu itu dalam kampanyenya.

Pada Juni lalu, gitaris Queen Brian May memprotes keras penggunaan lagu "We Are the Champions" pada iklan-iklan kampanye televisi Trump.

Melalui laman pribadinya, May mengungkap bahwa pihaknya dibanjiri protes karena lagu itu digunakan pada kampanye Trump.

"Ini bukan pernyataan resmi Queen, tetapi saya menegaskan bahwa tidak pernah ada permintaan izin untuk menggunakan lagu itu," kata May.

Ia menambahkan pihaknya membicarakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah hal itu terjadi lagi.

"Apa pun pandangan kami tentang Donald Trump, kami tidak mengizinkan lagu-lagu Queen digunakan sebagai alat kampanye politik," lanjut May.

Queen bukan musisi pertama yang memprotes pihak Trump terkait penggunaan lagu-lagu mereka dalam kampanye.

Beberapa waktu lalu, gitaris R.E.M Mike Mills marah besar karena lagu mereka, "It's the End of the World as We Know It (And I Feel Fine) dalam kampanye Trump.

"Jangan gunakan musik kami atau suara kami untuk kampanye Anda," kata Millis yang menyertakan kata-kata keras dalam protesnya.


Editor : Kistyarini
Sumber : People,

Al Ghazali: Aku "Ngefans" sama Hyuna

BADUNG, KOMPAS.com -- Vokalis Al Ghazali (18) diam-diam menggemari musik K-Pop. Bahkan, ia mengaku mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan, Hyuna (24).

"Kalau di sini sih (acara Viral Fest Asia 2016), aku cuma ngefans sama Hyuna," ucapnya dalam wawancara sebelum tampil dalam Viral Fest di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Bali, Sabtu (16/7/2016) malam.

Selain Hyuna, putra musisi Ahmad Dhani ini juga mengungkap bahwa sebelumnya ia penggemar girlband Girls Generation alias SNSD.

"Dulu sempet suka SNSD," kata Al yang kini menekuni dunia Disc Jockey (DJ).

Namun, saat ditanya apa alasannya hingga menyukai mantan personil girlband 4Minute itu, Al tak bisa menjelaskan. Ia juga enggan berbicara lebih jauh tentang kegemarannya pada K-Pop.

"Enggak tahu deh. Hehehe. Cuma yang paling suka di antara yang lain (performer Viral Fest Asia), Hyuna," ujarnya.

Penulis : Andi Muttya Keteng Pangerang
Editor : Kistyarini

Metallica dan Filsafat Kehidupan ala Heavy Metal

Minggu, 17 Juli 2016 | 10:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sukses The Black Album yang dirilis pada tahun 1992 memantapkan posisi Metallica sebagai band heavy metal paling fenomenal.

Memiliki jutaan penggemar dan jutaan keping album terjual, membawa mereka ke puncak dunia musik internasional.

Mereka yang tumbuh dewasa bersama musik dan lirik Metallica, menganggap James Hetfield, sang vokalis, seperti seorang filsuf yang memberikan ajaran tentang kehidupan ala heavy metal.

Metallica telah menjadi simbol pemberontakan lintas generasi terhadap norma dan peraturan hidup di masyarakat.

Tidak jarang mereka bicara tentang kemanusiaan dan bagaimana setiap orang menghargai kehidupan dengan menentang hukuman mati.

Sebagian besar lirik Metallica banyak menggali berbagai aspek kehidupan tentang keadilan, kecanduan alkohol, dan narkoba, masalah kejiwaan hingga persoalan politik.

Lirik di album pertama mereka tahun 1983 "Kill 'Em All" umumnya bicara tentang kemuraman hidup.

Seperti di lagu "No Remorse" yang menunjukkan bagaimana Metallica mengutuk kegilaan perang yang terjadi di masa itu.

Mereka juga mengkritik berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di jalanan melalui lagu "Seek and Destroy"

Sementara di album ketiga tahun 1988, ...And Justice For All, Metallica menyinggung soal diskriminasi masyarakat di hadapan hukum, kejahatan perang, isu lingkungan dan penyensoran.

Sebagai musisi sekaligus pencipta lagu, Hetfield memang memiliki kemampuan lebih dalam menulis lirik yang memberi makna tersendiri bagi para penggemarnya.

Lirik Metallica yang powerful dan filosofis terdengar seperti sebuah perenungan. Hal tersebut menjadi ciri yang melekat di setiap albumnya.

Terapi

"Menulis lagu merupakan terapi bagi saya," ujar Hetfield dalam sebuah wawancara.

Pengaruh Metallica tidak hanya lahir dari sisi musikalitasnya saja, tapi juga dari lirik-lirik yang mereka tulis.

Sebait lirik dari lagu "Broken, Beat & Scarred" pernah menyelamatkan hidup seorang penggemarnya yang mengalami depresi.

"You rise, you fall, you're down, then you rise again. What don't kill you make you more strong. Breaking your life, broken, beat and scarred. But we die hard."

Tahun 2007, seorang profesor bidang filsafat di Kings College, Pennsylvania, bernama William Irwin menerbitkan buku yang berjudul Metallica and Philosophy: A Crash Course In Brain Surgery.

Buku tersebut merupakan kumpulan esai filsafat dari 20 akademisi yang membedah beberapa lirik lagu Metallica menggunakan teori para filsuf terkenal.

Dalam pengantar di dalam bukunya, Irwin mengatakan bahwa lirik-lirik lagu Metallica yang umumnya ditulis oleh James Hetfield seperti sebuah rangkaian puisi yang sama indahnya dengan puisi karangan Bob Dylan ataupun The Doors.

Menurut Irwin, lirik lagu Metallica lebih bermakna filosofis jika dibandingkan dengan lirik yang pernah ditulis oleh The Beatles dan U2.

Irwin memandang sebagian besar lirik lagu Metallica mampu menyentuh banyak aspek kehidupan.

Dia menggunakan beberapa lirik lagu Metallica sebagai bahan pengantar diskusi filsafat, dengan mengaitkannya pada ajaran filsuf terkenal seperti Aristoteles, Plato, Nietzsche, Jean-Paul Sartre hingga Karl Marx.

"Metallica bukan sekadar tentang musik," kata Irwin.

Hukuman mati

Salah satu esai berjudul Ride The Lightning: Why Not Execute Killes? yang ditulis oleh Thom Brooks misalnya, mengajak pembaca masuk dalam perdebatan tentang penerapan hukuman mati.

Dari lirik Metallica, Brooks memberikan pemahaman bahwa setiap narapidana, bahkan seorang pembunuh berantai sekalipun, tidak berhak untuk dijatuhi hukuman mati. Meskipun sang pembunuh tidak merasa menyesal atas perbuatannya itu.

Menurut Brooks, lagu "Ride The Lightning" ingin menyampaikan bahwa siapapun tidak memiliki hak untuk menghabisi nyawa orang lain atas kejahatan yang telah diperbuatnya.

Brooks mengutip bagian lirik yang menggambarkan perasaan seorang terpidana mati menurut interpretasi James Hetfield.

Wait for the sign, to flick the switch of death. It's the beginning of the end. Sweat, chilling cold. As i watch deat unfold. Consciousness my only friend. My fingeers grip with fear. What am i doing here?

Kematian, kata Brooks, tidak bisa dijadikan sebagai bentuk sebuah penghukuman. Penerapan hukuman mati di suatu negara menunjukkan betapa tidak beradabnya logika hukum yang digunakan untuk mengatur ketertiban masyarakat.

Filsuf Jonathan Glover menyebut hukuman mati sebagai hukuman mati sebagai sebuah kejahatan keji dan hukuman tak wajar.

Seperti juga yang pernah dikatakan Mahatma Gandhi, "an eye for an eye will only make the whole world blind" atau "mata dibalas mata hanya akan membuat seluruh dunia buta".

Penulis : Kristian Erdianto
Editor : Kistyarini

Putra Almarhum Uje Ingin Ikuti Jejak Sang Ayah

Sabtu, 16 Juli 2016 | 17:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Almarhum Jeffry Al Buchori dikenal sebagai ustaz yang juga gemar menyanyi. Semangat itulah yang diusung sang putra Abidzar Al Ghifari dalam membentuk band yang diberi nama Laki.

"Beda sekali, dari dulu juga Abi kan main musik juga, lagunya juga banyak. Aku pengin ngikutin jejak beliau," katanya saat ditemui di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (16/7/2016).

Kendati tak mengusung lagu-lagu bernapas religi, anak kedua dari empat bersaudara ini tetap menyuguhkan lirik-lirik positif.

"Karena pengin bagusin lagi di band itu banyak kata-kata yang baik. Jadi mudah-mudahan bisa menginspirasi orang," jelasnya.

Dalam proses kreatifnya, Abidzar turut terlibat menulis lirik lagu yang dipopulerkan band Laki.

"Ya pengalaman pertama kali bantu-bantu bikin lirik. Ya semuanya kan ada lima lagu," jelasnya.

Putra pasangan Uje dan Pipik Dian Irawati ini pun mengaku akan serius menjalani kariernya di dunia musik.

"Ya memang cita-cita aku juga di musik," paparnya

Penulis : Dian Reinis Kumampung
Editor : Irfan Maullana

NOAH Ungkap 'Andai Kau Datang' Ternyata Bukan Soal Cinta

Jakarta - Di album 'Sings Legend', NOAH memilih lagu 'Andai Kau Datang' sebagai single ke duanya. Mereka pun menceritakan mengenai makna di balik lagu tersebut.

Menurut Ariel, lagu itu bukan soal cinta. Ia juga baru mengetahui hal tersebut setelah lebih mengenal lagu yang dipopulerkan oleh Koes Plus itu.

"Saya juga denger dari orang yang berhubungan langsung sama penciptanya, ada cerita lain bahwa sebenernya 'Andaikan Kau Datang' itu bukan tetang pasangan," ungkap Ariel di sela penggarapan video klip lagu tersebut di Otista, Jakarta Timur, Selasa (19/6/2016) malam.

Lalu, siapa 'Kau' yang dimaksud?

"Jadi lebih ke kehidupan. Jadi dia meninggalkan kehidupan yang dulunya dia jalani yang baru. Andai kehidupan lama itu datang juga apa yang akan dia kasih," jelas sang vokalis.

Ketika mengetahui hal tersebut, Ariel mengaku semakin kagum dengan lagu tersebut. Hal yang sama pun dirasakan personel NOAH yang lain.

"Waktu lihat blog artis liriknya ternyata beda, bukan tentang pasangan. Jadi merasa lebih dalem. Awalnya kirain tentang oasangan, tapi lebih cocok ke sana, ke kehidupan itu sendiri," kata Uki.

Untuk proses pembuatan video klip, Ariel, Uki, Lukman dan David sepakat untuk memberikan kepercayaan penuh kepada sutradara. Proses syuting memakan waktu hingga dua hari.

"Ada yang sudah lama kenal, terus menikah tapi membatalkan acara itu, tapi pria pertama berharap kembali cuma nggak kembali," ujar Hedi, sang sutradara membocorkan sedikit cerita di balik video klip tersebut.



(dar/doc)

Derby Manchester Bukan Cuma Soal Guardiola Lawan Mourinho


Lucas Aditya - detikSport
Selasa, 19/07/2016 14:55 WIB

Derby Manchester Bukan Cuma Soal Guardiola Lawan MourinhoFoto: Alex Livesey/Getty Images
Munich - Derby Manchester kini menjadi lebih menarik dengan keberadaan Jose Mourinho dan Josep Guardiola. Tapi, laga derby itu bukan cuma pertarungan antara keduanya.

Guardiola sudah ditunjuk menjadi manajer City sejak 1 Februari lalu. Dia dikontrak dengan durasi selama tiga tahun.

MU yang memecat Louis van Gaal, lantas bergerak cepat. 'Setan Merah' menunjuk Mourinho menjadi manajer baru. The Special One juga dikontrak dengan durasi tiga tahun, derby Manchester pun akan menjadi pertarungan mereka dalam tiga tahun ke depan.

Guardiola dan Mourinho pernah menjadi rival saat masih bersama-sama berkarier di Liga Spanyol. Guardiola menangani Barcelona, sementara Mourinho di kubu Real Madrid.

Pemain Bayern Munich, Arjen Robben, yang pernah dilatih oleh Guardiola dan Mourinho, bilang bahwa keduanya merupakan pelatih yang hebat. Tapi, derby Manchester juga melibatkan banyak pihak.

Robben tiga tahun bekerja sama dengan Guardiola di skuat Die Roten. Sementara bersama Mourinho, dia dilatih selama masih memperkuat Chelsea.

"Mereka berdua merupakan pelatih besar. Saya pernah bekerja dengan masing-masing dari mereka selama tiga tahun. Mereka merupakan pelatih yang sangat profesional dan mereka akan membawa gaya bermain dan mentalitas pada tim. Saya yakin akan hal itu," kata Robben di FourFourTwo.

"Laga itu akan menarik untuk diikuti. Tapi, itu tak cuma antara Pep vs Mou, tapi pada akhirnya juga mengenai pemain-pemain di lapangan. Tapi, saya yakin Anda akan melihat tulisan tangan mereka," imbuhnya.

(cas/raw)

5 Kalimat yang Jangan Pernah Diucapkan Saat Bertengkar dengan Kekasih

Bojonggede - Pertengkaran bisa saja terjadi pada setiap pasangan, dan itu adalah hal yang wajar. Menghindari agar pertengkaran tidak pernah terjadi dalam suatu hubungan, tentu hampir mustahil. Ketika dua orang dengan isi kepala dan sifat berbeda bertemu, sangat memungkinkan konflik untuk timbul.

Ketika konflik sudah terjadi, yang bisa dilakukan adalah berusaha agar dampak setelahnya tidak terlalu buruk terhadap hubungan asmara. Ibarat serangan badai, kita tentu ingin kerusakan yang terjadi bisa seminimal mungkin. Jangan sampai pertengkaran berbuntut panjang dan membelitkan pasangan pria maupun wanita dalam hubungan asmara yang tidak sehat.

Saat berargumen atau bertengkar, cobalah menghindari melontarkan kata-kata yang menyakitkan hati kekasih. Ini kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan Anda maupun pasangan dalam pertengkaran, seperti dikutip dari India Times.

1. 'Ini semua salahmu'
Menyalahkan orang lain adalah hal yang paling umum kita lakukan saat bertengkar, yang akan membuat hubungan semakin berada di ujung tanduk. Sekali kalimat 'terlarang' itu disebut, komunikasi hanya akan maju-mundur untuk membahas pihak mana yang sebenarnya paling bersalah. Jadi ketimbang saling menyalahkan, sebaiknya fokus pada siapa yang pertama kali bisa memecahkan masalah antara kalian berdua. Daripada menyalahkan, lebih baik jelaskan sifat atau tindakan kekasih yang secara spesifik membuat Anda marah atau kesal.

2. 'Kamu selalu melakukan kesalahan yang sama'
Mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu hanya akan memperkeruh keadaan dan tidak membawa Anda dan pasangan ke arah manapun untuk menyelesaikan permasalahan. Ketika Anda sudah memutuskan untuk memaafkan pasangan karena kesalahan yang lalu, maka sebaiknya jangan ungkap lagi hal yang sama jika datang masalah baru.

Lebih baik katakan pada pasangan bahwa Anda ingin menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda, ketimbang mengritiknya dengan mengungkit kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya dulu.


3. 'Aku mau kita putus/break'
Saat amarah memuncak, orang biasanya menjadi gelap mata dan melontarkan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. Termasuk kata 'putus' atau 'vakum' dari hubungan. Kemungkinan terburuknya, kekasih akan menganggap perkataan Anda itu serius dan benar-benar melangkah pergi hingga tak ingin kembali lagi. Kalimat tersebut tentu akan jadi bumerang jika Anda sebenarnya hanya ingin menggertak.

Jika kelepasan bicara dan mengucap kata 'putus', sebaiknya langsung minta maaf dan jelaskan bahwa Anda tidak akan mengucapkan kata itu lagi. setelah minta maaf, beri waktu kekasih untuk berbicara mengutarakan perasaannya.

4. 'Kamu memang brengsek/pengecut'
Serangan secara verbal bisa membuat seseorang langsung bersikap defensif dan membuat argumen jadi seperti arena perang; siapa yang menang atau kalah. Menyebut kekasih 'brengsek' atau 'pengecut' berarti sama saja Anda membandingkan dirinya dengan orang lain yang tidak baik.

Sowmya Narayan, seorang pakar percintaan mengatakan, "Hal itu mengindikasikan bahwa Anda tidak lagi melihatnya sebagai seorang individu. Tapi coba jaga agar komunikasi tetap terbuka. Kontrol percakapan Anda."

5. 'Kamu harus bicara denganku sekarang'
Pernyataan ini biasanya dilontarkan ketika satu pihak mencoba menghindari percakapan. Ketika kekasih terkesan selalu menghindar, wajar jika emosi Anda meluap dan butuh bicara dengannya sesegera mungkin. Tapi cara pengucapan seperti itu hanya akan membuat kekasih merasa diintimidasi dan semakin bersalah. Akhirnya bersikap defensif.

Jika Anda perlu berbicara serius dengan kekasih secepatnya, lebih baik utarakan kalimat seperti, 'Sepertinya perkataanku tidak didengar. Bisa kita bicara sebentar dan biarkan aku menjelaskannya?' Kalimat tersebut akan lebih 'bersahabat' didengar. Bukan terkesan seperti perintah dari bos kepada bawahannya.