Alamat

Office : Jl Susukan Raya No. 15A Desa Susukan Bojonggede - Bogor Tlp : 021 87982805 BBM : 552C988E Contact Person Bayu Syahrezza : +628991551947

Senin, 10 September 2012

Penyakit Jantung 'Pembunuh' Nomor 1 di Asia Tenggara

Yogyakarta: Setiap tahun, diperkirakan 7,9 juta penduduk di kawasan Asia Tenggara meninggal akibat penyakit tidak menular. Tiga dari lima kematian terjadi karena penyakit yang disebabkan oleh pola hidup tidak sehat.

Pakar kesehatan kantor regional Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Dr. Renu Garg menyebutkan, penyakit tidak menular tersebut didominasi oleh sakit jantung termasuk stroke, diabetes, kanker, dan paru-paru kronis.


Menurut Garg, penyakit tidak menular telah menjadi masalah ekonomi dan pembangunan. Karena, umumnya penderita sedang dalam usia produktif.


"Banyak orang berusia 30, 40, dan 50-an menderita penyakit tidak menular tersebut. Ketika meninggal pada usia sebelum 60 tahun, itu berarti hilangnya produktivitas dan produk domestik bruto," ujar Garg di sela pertemuan komite regional ke-65 WHO Asia Tenggara di Yogyakarta.


Selain membicarakan penyakit, melalui pertemuan di Yogyakarta pekan ini, 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara juga kembali menyatakan komitmen untuk penanggulangan bencana. Penanggulangan itu di antaranya dengan meningkatkan investasi dan mengembangkan kemampuan memperkecil risiko, serta upaya tanggap dan pemulihan.


Sekitar 46 persen dari seluruh korban meninggal akibat bencana di dunia antara tahun 2001-2010 terjadi di Asia Tenggara.


Karenanya, sejak 2008 dibentuk Dana Darurat Kesehatan Asia Tenggara (WHO Outheast Asia Regional Health Emergency Fund). Organisasi ini akan membantu menyediakan dana dalam waktu 24 jam dari saat diajukan oleh negara yang memerlukannya dengan maksimal sebesar 350 ribu dolar AS.


Dana tersebut telah dimanfaatkan untuk 13 keadaan darurat di kawasan regional itu. Wakil Direktur WHO Regional Asia Tenggara Dr. Poonam Khetrapal Singh mengatakan, kelompok kerja untuk menangani dana tersebut telah dibentuk daripada sekedar memonitor penggunaannya.


“Jika dana bersama itu terkumpul dalam jangka dua-tahun dan tidak digunakan, maka dana tersebut dibelanjakan peralatan maupun obat-obatan untuk keperluan kesehatan darurat,” kata Dr Singh.


Sementara itu, pelatihan tenaga terampil bidang kesehatan darurat akan dilakukan oleh Pusat Kerja Sama WHO (WHO Collaborating Center) yang berpusat di Jakarta. Menurut  Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Sri Heni Setyawati, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan di pusat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar