Alamat

Office : Jl Susukan Raya No. 15A Desa Susukan Bojonggede - Bogor Tlp : 021 87982805 BBM : 552C988E Contact Person Bayu Syahrezza : +628991551947

Selasa, 19 Januari 2016

Suku Paling Berbahaya di Hutan Amazon

Quito - Inilah Huaorani, suku yang terisolasi di pedalaman hutan Amazon. Mereka hidup tanpa pakaian, bergantung pada alam dan paling ditakuti di Amazon!

Amazon, hutan tropis seluas 7 juta km persegi dan membentang di 9 negara Amerika Selatan masih menyimpan banyak tanda tanya. Seperti soal kehidupan di sana, terutama suku-suku yang hidup di pedalaman hutannya dan sulit untuk ditemui.

Salah satunya, adalah suku Huaorani. Dari informasi berbagai sumber yang dikumpulkan detikTravel, Rabu (20/1/2016) suku Huaorani menempati wilayah di pedalaman hutan Amazon di sebelah timur Ekuador. Tepatnya, di sepanjang aliran Sungai Napo dan ke sungai Curaray yang mereka sebut nama wilayahnya, Quehueri'ono. Wilayah yang sangat sulit dijangkau.

Diperkirakan, suku Huaorani telah menempati hutan Amazon seribu tahun silam. Mereka pun, tidak pernah keluar dari hutannya dan menolak datangnya orang-orang asing. Mereka mengisolasikan diri, bahkan tidak memakai pakaian sama sekali.

Hidup suku Huaorani sangat tergantung pada alam. Mereka minum dari sungai, berburu dan memetik buah-buahan. Mereka tahu, mana buah yang berbahaya atau sungai mana yang penuh dengan buaya dan dilarang mendekat ke sana.

Suku Huaorani juga masih menjaga kepercayaan leluhur. Salah satunya, larangan berburu rusa yang karena dianggap matanya seperti mata manusia. Satu lagi, mereka dilarang membunuh ular sebab merupakan simbol pertanda buruk.

Suku yang Dinilai berbahaya

Ketika di abad pertengahan, pelayar dari Eropa mendarat di Amerika Selatan dan bangsa Spanyol menjajah Ekuador, suku Huaorani berani berperang. Mereka menolak untuk dipindahkan ke daerah kota dan menjaga hutannya tetap terjaga.

Dari catatan sejarah, suku Huaorani tercatat tak pernah kalah. Terang saja, mereka begitu paham seluk beluk hutan Amazon. Ditambah, senjata utamanya adalah sumpit racun sepanjang 2 meter.

Anak sumpitnya, diberi racun curare. Racun ini biasa diperoleh dari spesies tanaman Chondodendron tomentosum dan Strychnos toxifera, yang ternyata sudah menjadi senjata umum agi suku-suku di Amazon lainnya.

Biasanya, mereka menggunakan racun tersebut untuk berburu hewan. Ketika buruannya kena, maka otot-otot hewan akan lemas seperti lumpuh. Tapi kalau 'target' mereka adalah manusia, maka lain cerita.

Dosisinya akan ditambah dan bisa mengakibatkan kematian. Jika terkena, maka orang yang terkena anak sumpitnya akan lumpuh dan lemas. Tak butuh waktu lama, detak jantungnya akan berhenti!

Para penebang liar di hutan Amazon pun merasakan kengerian suku Huaorani. Mereka diserang kala sedang menebang pohon-pohon di sana. Tak ayal, suku Huaorani begitu marah karena rumah mereka dirusak.

Julukan suku berbahaya, lantas disematkan kepada suku Huaorani. Sebenarnya, mereka tidaklah berbahaya dan tidak akan menyerang kalau hutannya tidak dirusak bukan?

Kini Sudah Bersahabat dengan Turis

Sampai di tahun 1956, akhirnya suku Huaorani melakukan kontak dengan dunia luar. Salah satu alasannya, diperkirakan adalah karena hutan Amazon yang makin lama makin dijarah. Penebangan liar dan pembakaran hutan, mengancam hidup mereka.

Kabar yang beredar, terjadi perpecahan di dalam suku Huaorani. Ada yang mau kontak dengan dunia luar dan ada yang tidak. Mereka yang tidak mau, masuk ke dalam wilayah yang lebih terpencil di hutan.

Pemerintah Ekuador dan organisasi atau komunitas di Ekuador akhirnya membuka mata untuk menjaga keberlangsungan hidup suku Huaorani. Salah satunya adalah Tropic Eco, yang mendirikan tur operator bernama Huaorani Eco Lodge dan menjual paket wisata untuk tinggal bersama suku Huaorani.

Mereka mendirikan penginapan yang ramah lingkungan di wilayah suku Huaorani yang terbuat dari kayu dan memakai tenaga surya panel. Mereka juga melatih beberapa orang dari suku Huaorani agar bisa terbiasa dengan turis.

Tur yang ditawarkan pun beragam, mulai dari ikut berburu bersama pria suku Huaorani, mengarungi sungai naik kayak, memasak bersama wanita-wanita dan melakukan tarian tradisional. Tapi karena akses yang begitu sulit, maka harga yang dipatok tidaklah murah.

Ada dua paket yang dijual, yakni 4 hari 3 malam dan 5 hari 4 malam yang masing-masing sebesar USD 1.095 dan USD 1.359. Jika dirupiahkan, sebesar Rp 15,2 juta dan Rp 18,9 juta. Mau bertemu dengan suku paling berbahaya di hutan Amazon ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar