SETU KEMUNING |
Sejujurnya tempat ini sudah tidak asing lagi buatku , baik dengan kendaraan pribadi maupun dengan angkot 117 jurusan Bojonggede-Pura. Yang disebut terakhir inilah moda transportasi yang lebih sering aku tumpangi untuk membawaku ke tempat ini. Anehnya meskipun sering lewat tempat ini tapi nyaris tak ada niatan untuk berhenti dan menikmati suasana di sini dalam waktu lama , sementara banyak orang dari tempat yang cukup jauh menyempatkan datang kemari untuk refreshing. Ironis ya! Makanya sekarang aku mencoba membayar "ketidakpedulianku" selama ini dengan menulis blog dan mengabadikan lewat foto-foto yang sederhana.
Kalau tidak salah pertengahan tahun 90-an Situ Kemuning ini masih merupakan danau yang tak terurus, keberadaannya nyaris tak dihiraukan. Aku ingat awal-awal pindah ke Pura Bojonggede, permukaan situ ini nyaris tertutup oleh gulma air. Tanaman semacam Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) telah menutupi hampir seluruh permukaannya. Sama sekali tak ada sesuatu yang menarik perhatian di sini sehingga dari jalan yang terletak di pinggir danau, orang tidak ngeh kalau di bawah gulma air itu ada danau cantik yang tersembunyi.
Baru sekitar era 2000-an danau ini dibersihkan dan dilakukan pengerukan serta penataan, termasuk menurap tepiannya lebih rapi dan membuat tempat parkir kendaraan. Sejak itu Situ Kemuning mulai dikenal dan menjadi tempat yang cukup representatif untuk rekreasi. Pada hari-hari libur tempat ini lumayan ramai dikunjungi. Aku sendiri heran darimana mereka tahu tempat ini. Mungkin dari informasi mulut ke mulut atau media lain seperti radio atau koran lokal, entahlah...aku jarang baca koran apalagi mendengarkan radio, sih.
Buat orang dengan kantong cekak rasanya tempat ini amat cocok sebagai sarana melepas lelah setelah seminggu bekerja keras. Selain tempatnya yang gampang dijangkau karena terletak persis di samping jalan raya Bojonggede ke arah Tonjong/Parung, tempat ini juga menyediakan sarana hiburan sehat berupa sepeda air berbentuk angsa yang bisa dipakai berkeliling danau dengan dikayuh sambil menikmati pemandangan alam sekitar danau yang indah. Kalau tak salah hanya dengan menyewa 20 ribu rupiah kita sudah bisa menaiki sepeda air ini.
Setelah capai berkeliling, kita bisa beristirahat di saung-saung yang telah tersedia sambil minum air kelapa muda atau makan makanan yang cukup beraneka. Harganya sangat terjangkau dan tak menguras isi kantong kita lebih dalam.
Kalau pun masih ada yang kurang, itu adalah sarana jalan yang masih belubang sana-sini, juga akses jalan utama di sekitar stasiun Bojonggede yang semrawut dan macet. Selain itu tempat parkir di sini masih terlalu sempit, sehingga bila jumlah wisatawan membludak rasa-rasanya tak akan sanggup menampung lagi kendaraan yang hendak parkir. Ini akan menjadi PR buat semua pihak yang bertanggung jawab terhadap kemajuan tempat wisata Situ Kemuning.
Satu hal lagi yang amat memprihatinkan adalah ulah pengembang yang tengah membangun kawasan permukiman di sekitar danau. Dari informasi yang aku dapat total luas danau sekitar 21 Ha kini telah menyusut menjadi hanya 16 Ha saja. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan pengurugan sebagian danau yang dilakukan pengembang itu. Heran ya...kenapa mereka mengantongi ijin membangun di area yang jelas-jelas merupakan kawasan resapan air. Mungkinkah tragedi Situ Gintung akan berulang kembali? Wallahu'alam Bishawab. Semoga kekuatiranku tak terbukti.@ bayu syahrezza (fahmigustam@yahoo.com)