JAKARTA, KOMPAS.com — Sebelum bertemu Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan sejumlah petinggi PKS di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/9/2016) siang, bakal calon gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, membawa berjilid-jilid buku survei yang telah dicetak massal oleh stafnya.
Survei itu berisi data terakhir elektabilitas para kandidat gubernur DKI Jakarta, yang dirilis oleh lembaga survei Poltracking Indonesia.
"Pak Prabowo minta saya siapkan bahan untuk dipresentasikan," katanya kepada Kompas.com.
Kurang dari 48 jam menjelang pendaftaran, penantang pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat belum juga dipastikan.
Sandiaga yang selama enam bulan terakhir bekerja keras mengenalkan namanya ke warga Jakarta harus meyakinkan para partai yang tidak mendukung Ahok agar berkoalisi dan mengusungnya.
Survei teranyar dari Poltracking Indonesia pun jadi senjatanya. Survei itu menunjukkan elektabilitas Ahok mencapai 40,7 persen, disusul Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan 13,8 persen, Sandiaga Uno dengan 9,2 persen, mantan Mendikbud Anies Baswedan dengan 8,9 persen, pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra dengan 4,6 persen, dan Ustaz Yusuf Mansur dengan 3,3 persen.
"Bu Risma sudah jelas enggak nyalon. Untuk pertama kalinya, saya nyusul Pak Gubernur, dari enam bulan lalu nama saya masih 0,01 persen. Ingat kan?" katanya kepada Kompas.com, Rabu malam.
Malam itu, partai-partai yang bukan pendukung Ahok mengadakan pertemuan di rumah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Di sana, Sandiaga mendengar bongkar pasang nama dilakukan SBY bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.
Mereka berusaha merumuskan skenario untuk menantang Ahok yang tak kunjung terfinalisasi hingga dini hari. Sandiaga menunggu dengan gundah sebab muncul skenario ia akan tetap diusung, tetapi sebagai calon DKI 2.
"Oke kalau saya nomor dua, nomor satunya siapa? Kan harus yang jauh lebih hebat dari saya, yang surveinya di atas saya, iya dong," kata Sandiaga.
Jika mengacu pada survei Poltracking, PDI-P yang sudah mengusung Ahok-Djarot tak mungkin lagi mengusung Risma. Sementara itu, nama Yusril yang sempat dipertimbangkan poros Cikeas, elektabilitasnya di bawah Sandiaga.
Sandiaga sempat bertanya-tanya mengapa para elite politik meragukan dirinya masuk dalam figur yang berpotensi mengalahkan Ahok.
Kata Sandiaga, hal itu mungkin karena Sandiaga baru terjun ke politik, belum matang pemahamannya soal politik, dan terbilang sangat muda sebagai salah satu pengusaha tersukses di Indonesia. (Baca: Survei Poltracking: Elektabilitas Ahok-Heru Bakal Keok Lawan Risma-Sandiaga)
Nama Anies muncul
Sandiaga juga sempat bertemu dengan Anies Baswedan yang namanya belakangan muncul dalam survei Pilkada DKI. Sandiaga menanyakan kesiapan Anies maju bersama dirinya, baik sebagai cagub maupun cawagub.
Sebab, dalam survei yang sama, ketika Ahok-Djarot melawan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, yang dipasangkan dengan Sandiaga, selisihnya sangat tipis.
Pasangan Ahok-Djarot mendapatkan elektabilitas 37,9 persen dan Anies-Sandiaga sebesar 36,4 persen.
Ketika dirilis sepekan lalu pada Kamis (15/9/2016), Sandiaga puas bukan main sebab apa yang dielu-elukannya selama ini sesuai dengan data survei Poltracking. (Baca: Sandiaga: Semua Opsi Kami Buka, Termasuk Memilih Pak Anies)
Sebanyak 23 persen responden menilai pemerintahan Ahok-Djarot belum berhasil membuat harga bahan pokok di Jakarta dapat dijangkau masyarakat. Begitu juga soal penanganan banjir, mengurangi angka kemiskinan, serta penyediaan lapangan kerja baru, dinilai masih jauh dari berhasil.
Terlepas siapa pun gubernur dan wakil gubernurnya, hasil survei itu menyebutkan sebanyak 25 persen responden menginginkan agar pemerintahan yang baru mampu mengendalikan harga bahan pokok.
Sebanyak 23 persen responden menginginkan agar pemerintah mampu menyediakan lapangan kerja baru, dan 7,2 persen responden menginginkan agar pengangguran bisa diatasi.
Survei dilangsungkan Poltracking pada 6-9 September 2016 dengan menggunakan metode multistage random sampling terhadap 400 responden. Tingkat margin of error sebesar 4,59 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Data enggak akan bohong, benar kan apa yang saya bilang selama ini?" kata Sandiaga seraya tersenyum. (Baca: Survei: Pengendalian Bahan Pokok dan Lapangan Kerja Jadi Isu Utama Pilkada DKI)
Sandiaga memastikan ia tak memengaruhi atau terlibat dalam survei itu. Ia sendiri memiliki survei dari konsultan yang tak pernah dirilisnya.
"Nanti kalau kami rilis survei internal dibilang ya jelas saja karena bayar, tetapi ini surveinya Hanta lho," kata Sandiaga merujuk ke Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yudha.
Kabarnya, Prabowo dan SBY masing-masing sudah memegang satu bundel hasil survei itu. Mereka pun kini masing-masing tengah memfinalisasi keputusan siapa yang akan diusung untuk menantang Ahok.