Bila kita sekarang adalah seorang yang diberi kepercayaan untuk menangani sesuatu, maka ada kecenderungan bagi kita untuk melakukannya dengan sempurna. Dan, bila menjadi manajer, kita juga cenderung akan berpikir bagaimana caranya agar para bawahan kita pun melakukan sesuatu dengan sempurna. Idealnya demikian. Tapi, hati-hatilah dengan perefeksionisme, sebab ada kemungkinan bisa merusak karier kita...
Wikipedia Bahasa Indonesia menyebutkan,
Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna, mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.
Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detil suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif , sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit dan suka menunda. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk, website atau konten terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.
Saat bekerja, seorang perfeksionis cenderung menunda-nunda sesuatu pekerjaan, karena memang dia melihat dan memperhatikan segala sesuatu dari pekerjaan tersebut secara seksama dan detil. Semuanya harus sempurna, sesuai dengan keinginannya. Dan, obsesi itu menjadikan kesempurnaan menjadi beban pikiran yang membuatnya lebih letih daripada kerja tanpa perfeksionisme. Kecemasan dirinya tentang sesuatu juga akan membuatnya semakin tegang daripada orang yang bekerja tanpa perfeksionisme.
Memang hal inilah yang banyak terjadi, khususnya dalam dunia bisnis dan juga manajerial. Perfeksionisme memang sangatlah bagus bila diterapkan dalam beberapa hal yang menghajatkan kesempurnaan seperti saat memprogram komputer atau beberapa pekerjaan lainnya, tapi bukan dalam semua pekerjaan. Justru, kalau ada seorang perfeksionis menerapkan perfeksionisme ke dalam semua pekerjaan, bahkan pekerjaan yang tidak membutuhkan kesempurnaan, justru yang akan terjadi adalah terlalu banyak buang sumber daya yang kita miliki, baik sumber daya energi, hingga sumber daya dana. Itulah yang saya anggap sebagai hal yang harus diwaspadai dari perfeksionisme sebagai pembunuh karier...
Sebagian besar perfeksionis itu adalah mereka yang takut dari sebuah "kegagalan". Kegagalan, dalam kamus mereka adalah sebuah ketidaksempurnaan. Dan, ketidaksempurnaan itu berarti kehancuran. Dan, karena memang mereka sangat takut terhadap kejatuhan ke dalam jurang ketidaksempurnaan, mereka akhirnya tidak dapat berbuat banyak. Akhirnya, mereka cenderung tidka menghargai diri mereka sendiri, dan banyak yang tidak menghargai kritik, meskipun kritik itu adalah konstruktif sifatnya. Bahkan banyak yang mengakhiri hidup mereka dengan membunuh diri mereka. Na`ûdzu bi-l-llâhi min dzâlika...
Ingatlah selalu, bahwa salah satu sifat makhluk hidup adalah kemampuannya untuk bertahan hidup dengan beradaptasi dengan lingkungan. Saat tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, maka dengan demikian dia pun mengingkari kesuksesan potensial yang ada di dalam dirinya. Dan, meskipun hal itu dimiliki oleh seorang perfeksionis, maka, apa yang saya alami dahulu, adalah kekakuan dalam melakukan sesuatu. Sinis. Dingin. Tidak fleksibel. Dan, yang paling parah adalah menjadi budak kesuksesan. Suatu hal yang sangat kurang baik.
Karena itu, kuncinya adalah dengan menerima segala sesuatu apa-adanya dengan tanpa paksaan. Terimalah fakta bahwa kita adalah manusia yang tidak pernah sempurna. Teirmalah fakta bahwa apapun yang kita kerjakan pasti memiliki celah yang dimanfaatkan. Terimalah fakta bahwa kita adalah manusia yang harus terus hidup dengan beradaptasi dengan lingkungan...
Allâhu a`lamu bi-s-shawâbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar